Quality Assurance Software

Quality Assurance Software Harus Bisa Ngoding?

Pengujian perangkat lunak (Quality Assurance atau QA) adalah salah satu tahapan penting dari siklus pengembangan perangkat lunak. Penjaminan mutu bertujuan untuk memastikan bahwa perangkat lunak yang dihasilkan berkinerja baik, bebas kesalahan, dan memenuhi kebutuhan pengguna. Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan di dunia Quality Assurance adalah apakah seorang profesional Quality Assurance software harus memiliki keterampilan pemrograman atau coding? Artikel berikut akan menguraikan pro kontra terkait pertanyaan tadi.

Quality Assurance Software harus bisa koding: PRO

Kemampuan Ngoding Meningkatkan Pemahaman

QA dengan kemampuan coding akan lebih memahami source code perangkat lunak yang diuji. Hal ini memungkinkan mereka mengidentifikasi potensi masalah lebih cepat dan efektif.

Kustomisasi pengujian

Dengan keterampilan pengkodean, tim QA bsia membuat skenario pengujian lebih kompleks sesuai kasus pengujian tertentu. Hal ini dapat meningkatkan kualitas pengujian dan mendeteksi kesalahan yang mungkin terlewatkan saat pengujian manual.

Kolaborasi lebih baik

Seorang Quality Assurance software yang menguasai bahasa pemrograman sama dengan tim pengembangan akan berkolaborasi dengan lebih baik. Mereka bisa berkomunikasi lebih mudah dengan pengembang tentang masalah yang terdeteksi.

QA harus bisa koding: KONTRA

Tidak semua QA harus bisa membuat kode 

Tidak semua orang di tim Quality Assurance software harus menjadi ahli  pemrograman. Ada berbagai peran dalam QA termasuk pengujian fungsional, pengujian kinerja, pengujian keamanan, dll. Sebagian besar pekerjaan jaminan kualitas tidak memerlukan pengetahuan pemrograman yang luas.

Fokus utama:

Seorang QA yang terlalu fokus pada pemrograman mungkin akan mengorbankan tujuan utamanya, yaitu memastikan kualitas perangkat lunak. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk coding dapat mengurangi waktu yang dihabiskan untuk pengujian yang lebih mendalam.

Keterampilan penting lainnya:

Keterampilan komunikasi, analitis, dan pemecahan masalah juga penting dalam memastikan kualitas. Tidak semua orang memiliki minat atau bakat dalam bidang pemrograman, dan hal ini belum tentu merupakan persyaratan mutlak untuk kesuksesan yang berkualitas.

Kesimpulannya, bisakah seorang Quality Assurance software menulis kode? Jawabannya tergantung pada peran dan tugas dalam tim QA, serta kebutuhan proyek yang sedang dikerjakan. Meskipun keterampilan pengkodean dapat menjadi aset berharga dalam situasi tertentu, keterampilan tersebut belum tentu merupakan persyaratan untuk menjadi penjaminan mutu yang efektif.

Penting untuk mempertimbangkan peran individu dalam tim Quality Assurance software dan memastikan mereka punya keterampilan tepat untuk tanggung jawab jobdesk. Entah seseorang mengetahui cara membuat kode atau tidak, hal terpenting dalam penjaminan kualitas adalah memastikan bahwa perangkat lunak berfungsi dengan baik, aman, dan memenuhi harapan pengguna.

Dokumen Persyaratan Bisnis (BRD)

Dokumen Persyaratan Bisnis (BRD) untuk Kesuksesan Proyek Pengembangan Perangkat Lunak

Pengembangan perangkat lunak menjadi proses kompleks dan menantang bagi klien yang tidak familiar dengan aspek teknis proyek. Tantangan terbesar klien adalah memastikan perangkat lunak yang diterima sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan bisnis. Di sinilah pentingnya keberadaan Dokumen Persyaratan Bisnis (BRD) untuk kesuksesan pengembangan perangkat lunak atau software

BRD merupakan dokumen komprehensif yang menguraikan detail kebutuhan dan persyaratan bisnis dalam proyek pengembangan perangkat lunak. Bisa dibilang BRD itu dokumen perjanjian resmi antara klien dan pihak pengembang. Umumnya BRD berisi informasi soal cakupan proyek, kebutuhan, timeline pengerjaan, laporan keuangan, dan perkiraan budget. Lebih spesifik, komponen dalam dokumen persyaratan bisnis (BRD) mencakup: 

  1. Persyaratan fungsional: Fitur dan fungsionalitas yang harus dimiliki perangkat lunak untuk memenuhi tujuan bisnis.
  2. Spesifikasi teknis: Persyaratan teknis perangkat lunak, termasuk persyaratan perangkat keras dan perangkat lunak, serta persyaratan integrasi apa pun.
  3. Tujuan bisnis: Tujuan dan target proyek, serta masalah bisnis yang ingin diselesaikan oleh perangkat lunak.
  4. Jadwal proyek: Jadwal proyek, termasuk tonggak dan batas waktu.

Manfaat penggunaan Dokumen Persyaratan Bisnis (BRD)

Mengutip pendapat I Six Sigma, bahwa setiap manajemen proyek perlu dokumen persyaratan bisnis (BRD) untuk kebutuhan target proyek. Alasannya karena dokumen itu akan menjelaskan solusi paling efektif untuk setiap fungsi proses dalam proyek. Disamping berfungsi untuk membedakan solusi bisnis dan solusi teknis proyek, BRD punya manfaat lain, seperti:

  1. Komunikasi lebih baik: BRD berfungsi untuk memastikan bahwa klien dan pihak pengembang memahami lingkup dan persyaratan proyek.
  2. Risiko lebih rendah: Dengan menentukan cakupan proyek dan persyaratan sejak awal, tim pengembangan bisa mengidentifikasi risiko dan masalah potensial sejak dini, mengurangi kemungkinan keterlambatan atau revisi yang mahal.
  3. Manajemen proyek lebih baik: BRD memastikan proyek berjalan sesuai rencana dan memenuhi kebutuhan serta persyaratan klien.
  4. Perangkat lunak lebih baik: Pengembangan perangkat lunak bisa berjalan efektif sesuai kebutuhan dan persyaratan dari klien sejak awal, jadi meminimalisir revisi atau perubahan yang menambah cost.

Cara Membuat BRD

Membuat BRD mungkin tampak seperti tugas yang menakutkan, tetapi hal ini penting untuk memastikan kesuksesan proyek pengembangan perangkat lunak. Berikut adalah beberapa langkah yang harus diikuti saat membuat BRD:

  1. Kumpulkan persyaratan. Lakukan identifikasi kebutuhan klien, dan persyaratan bisnis yang mereka mau dalam proyek pengembangan perangkat lunak.
  2. Tentukan cakupan proyek, termasuk fitur dan fungsionalitas yang harus ada dalam perangkat lunak.
  3. Tetapkan tujuan dan target proyek, serta batasan atau keterbatasan apa pun.
  4. Buat jadwal, termasuk tonggak dan batas waktu
  5. Tinjau dan revisi. Tinjau BRD dengan klien dan tim pengembangan, dan revisi jika diperlukan untuk memastikan bahwa dokumen tersebut mencerminkan kebutuhan dan persyaratan klien dengan akurat.

Sebagai kesimpulan, Dokumen Persyaratan Bisnis (BRD) adalah dokumen penting untuk proyek pengembangan perangkat lunak. Ini menguraikan kebutuhan dan persyaratan bisnis untuk perangkat lunak, memastikan bahwa tim pengembangan memahami kebutuhan dan persyaratan klien. 

BRD menjadikan komunikasi antara klien dan pihak pengembang berjalan lebih baik, minim resiko, pengembangan perangkat lunak efektif. Jika Anda adalah klien potensial yang berniat mengembangkan aplikasi perangkat lunak, Kami sarankan Anda menghubungi tim pengembang kami untuk diskusi lebih lanjut tentang bagaimana BRD bisa menguntungkan bisnis Anda.

Mengenal Angular JS dan Fitur - Fiturnya

Mengenal Angular JS dan Fitur – Fiturnya

AngularJS merupakan salah satu front-end framework JavaScript untuk pembuatan website dinamis yang cukup populer di kalangan developer. Framework buatan engineer Google, Misko Hevery dan Adam Abrons terkenal ramah untuk level pemula.

Google merilis versi pertama pada 2012 sebagai framework yang open source. Hingga saat ini angular.js sukses menjadi salah satu framework JavaScript populer dan banyak dipakai oleh developer di seluruh dunia.

AngularJS  memungkinkan developer untuk membuat website dengan metode Model-View-Controller (MVC), yaitu:

  • Model, struktur data yang mengelola informasi dan menerima input dari controller.
  • View, representasi informasi.
  • Controller, merespons input dan berinteraksi dengan model.

Fitur Utama Dalam Angular Js

  • Data binding: sinkronisasi data otomatis antara model dan view.
  • Scope: objek yang mengacu pada model sebagai perekat antara controller dan view.
  • Controller: kumpulan fungsidari javascript.
  • Services: Angular JS datang dengan beberapa built-in services seperti $http untuk membuat sebuah XMLHttpRequests.
  • Filters: pilihan item dari sebuah array dan mengembalikan sebuah array baru.
  • Directives: marker dari DOM elemen seperti element, attribute, css dan lainnya.
  • Templates: tampilan yang dirender dengan informasi dari controller dan model.
  • Routing: perpindahan tampilan.
  • Model View Whatever: Angular JS tidak mengimplementasikan MVC secara umum, tapi sesuatu yang lebih dekat sebagai MVVM (Model View View Model).
  • Deep Linking: mengijinkan Anda untuk meng-encode keadaan dari aplikasi pada URL, sehingga bisa dibookmark. Aplikasi bisa direstore dari URL dari keadaan terakhir.
  • Dependency Injection: terdapat built in dependency injection sehingga membantu developer untuk membuat dan mencoba aplikasi dengan mudah.

Fitur Umum Angular Js

Angular JS adalah framework yang efisien untuk membangun Rich Internet Applications (RIA). Framework ini memberikan pilihan developer untuk menulis aplikasi dari sisi client dengan javascript dan pendekatan MVC (Model, View, Controller).

Aplikasi yang dibangun menggunakan Angular JS bisa dipakai di segala web browser. Dia bisa secara otomatis menghandle javascript agar cocok dengan web browser yang digunakan.

AngularJS memiliki bagian-bagian utama yang mempengaruhi proses kerja dari framework tersebut, bagian utama tersebut berupa

  • Ng- App, memberikan pengarahan definisi dan link dari aplikasi ke HTML.
  • Ng- Model, mengarahkan data aplikasi ke input kontrol HTML.
  • Ng- Bind, menunjukan arahan ke tag HTML.

Secara keseluruhan, implementasi framework AngularJS dalam pengembangan website punya beberapa kelebihan, diantaranya:

  1. Memudahkan developer untuk melakukan pembuatan aplikasi karena mampu melakukan pengelolaan SIngle Page Application secara mudah.
  2. Tingkat interaksi dengan HTML tinggi karena kemampuannya untuk data binding pada HTML.
  3. Punya komponen yang bisa digunakan kembali.
  4. Memiliki sifat Dependency Injection yang membantu pekerjaan developer dalam melakukan penulisan komponen atau kode yang terpisah satu sama lain.
  5. Kemudahan dalam melakukan pembuatan kode sehingga menghasilkan cara yang lebih singkat dan efisien.
Callback Javascript

Mengenal Callback Javascript

JavaScript adalah bahasa pemrograman yang sangat populer dan kuat yang digunakan dalam pengembangan web. Salah satu konsep yang penting dalam JavaScript adalah callback. Callback adalah fungsi yang diberikan sebagai argumen pada fungsi lain dan akan dieksekusi setelah fungsi tersebut selesai dijalankan. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan secara lengkap apa itu callback, bagaimana cara menggunakannya, dan mengapa ini penting dalam pengembangan JavaScript.

Apa Itu Callback?

Callback adalah salah satu konsep fundamental dalam JavaScript yang memungkinkan kita untuk mengendalikan alur eksekusi program. Callback adalah fungsi yang diberikan sebagai parameter ke fungsi lain. Fungsi yang menerima callback akan menjalankannya pada waktu yang ditentukan atau setelah suatu peristiwa tertentu terjadi. Contoh sederhana callback adalah:

function greeting(name, callback) {
  console.log(`Hello, ${name}!`);
  callback();
}

function sayGoodbye() {
  console.log("Goodbye!");
}

greeting("John", sayGoodbye);

Pada contoh di atas, sayGoodbye adalah callback yang akan dieksekusi setelah fungsi greeting selesai dijalankan.

Mengapa Kita Memerlukan Callback?

Callback sangat berguna dalam pengembangan JavaScript karena JavaScript adalah bahasa pemrograman asinkron. Ini berarti bahwa beberapa operasi dapat berjalan secara bersamaan tanpa harus menunggu operasi sebelumnya selesai. Contoh paling umum dari asinkronitas dalam JavaScript adalah pemanggilan AJAX, pengunduhan gambar, atau pengambilan data dari database.

Dalam situasi-situasi seperti itu, kita perlu menentukan tindakan yang akan diambil ketika operasi asinkron selesai. Itulah mengapa kita menggunakan callback. Callback memungkinkan kita untuk menangani operasi asinkron dengan menjalankan kode tertentu ketika operasi tersebut selesai atau mengembalikan hasilnya.

Jenis-jenis Callback

Ada dua jenis callback dalam JavaScript:

Synchronous Callback: Synchronous callback dieksekusi segera setelah fungsi yang menggunakannya selesai dijalankan. Contoh sederhana dari synchronous callback adalah:

function syncFunction(callback) {
  console.log("Before callback");
  callback();
  console.log("After callback");
}
syncFunction(() => {
  console.log("Inside callback");

Asynchronous Callback: Asynchronous callback dieksekusi nanti, setelah suatu peristiwa tertentu terjadi. Ini sangat berguna dalam situasi asinkron seperti pemanggilan AJAX atau pengunduhan gambar.

function asyncFunction(callback) {
       console.log("Before setTimeout");
       setTimeout(function () {
           callback();
       }, 2000);
       console.log("After setTimeout");
}
asyncFunction(() => {
      console.log("Inside callback");
});

Contoh Penggunaan Callback yang Umum

Pemanggilan AJAX: Callback sering digunakan untuk menangani respons dari permintaan AJAX. Kita dapat menentukan callback yang akan dijalankan ketika data dari server telah diterima.

function fetchData(url, callback) {
  // Mengirim permintaan AJAX
  // Ketika response diterima, menjalankan callback
  fetch(url)
    .then((response) => response.json())
    .then((data) => {
      callback(data);
    });
}
fetchData("https://api.example.com/data", (data) => {
  console.log(data);
});

Event Handling: Callback juga digunakan dalam penanganan peristiwa. Ketika suatu peristiwa terjadi, callback yang telah ditentukan akan dieksekusi.

document.querySelector("button").addEventListener("click", function () {
  console.log("Button clicked!");
});

Callback Hell (Pyramid of Doom)

Salah satu masalah yang sering muncul dalam penggunaan callback adalah callback hell, juga dikenal sebagai “pyramid of doom”. Ini terjadi ketika kita memiliki banyak callback bersarang dalam kode kita, yang membuatnya sulit dibaca dan dipelihara.

function fetchData(url, callback) {
  fetch(url)
    .then((response) => response.json())
    .then((data) => {
      processData(data, () => {
        displayData(data, () => {
          // ... dan seterusnya
        });
      });
    });
}

Untuk mengatasi masalah tadi, kita dapat menggunakan teknik seperti Promises atau async/await

Menggunakan Promises sebagai Alternatif Callback

Promises adalah cara modern untuk mengatasi asinkronisasi dalam JavaScript. Mereka memungkinkan kita untuk menulis kode yang lebih bersih dan mudah dibaca daripada callback hell.

function fetchData(url) {
  return fetch(url)
    .then((response) => response.json());
}

fetchData("https://api.example.com/data")
  .then((data) => {
    console.log(data);
  })
  .catch((error) => {
    console.error(error);
  });

 

Aplikasi web vs Mobile App

Aplikasi Web vs Mobile, Mana yang Lebih Unggul?

Belakangan, muncul perdebatan soal perbandingan aplikasi web dan mobile. Faktanya, saat ini aplikasi mobile mendominasi pasar Indonesia. Meski begitu, pengembangan aplikasi berbasis website perlahan juga makin diminati. Benarkah aplikasi seluler atau kita kenal dengan istilah mobile app itu lebih unggul dibandingkan versi website? Atau justru sebaliknya, aplikasi website (web application) punya keunggulan lebih dari mobile app? 

Ada sebuah anggapan yang mengatakan bahwa aplikasi mobile berjalan lebih cepat dan handal dibanding versi website. Sayangnya, anggapan tadi tidak selalu benar. Untuk beroperasi, mobile app membutuhkan sumber daya lebih banyak. Jika sistem berjalan lambat atau lemot, akan muncul masalah pada aplikasi. 

Fakta lain bahwa aplikasi mobile juga terbatas oleh platform yang mendasarinya. Misalnya, aplikasi iOS hanya bisa berjalan atau berfungsi dalam iPhone dan iPad. Sementara android hanya akan beroperasi di perangkat android.

Fakta ketiga, aplikasi web punya beberapa keunggulan dibandingkan mobile app, diantaranya:

  • Lebih fleksibel

Aplikasi web bisa diakses lewat perangkat apapun yang terhubung ke internet seperti smartphone, tablet, laptop, dan komputer desktop. 

  • Lebih mudah & Hemat

Pengguna bisa menggunakan aplikasinya tanpa perlu mengunduh atau menginstal di smartphone. Dari sisi budget, pengembangan aplikasi web juga lebih hemat waktu dan biaya. Hal ini karena pengembang tidak perlu membangun versi terpisah untuk setiap platform yang berbeda. 

  • Pemeliharaan lebih mudah

Pengembang hanya perlu membuat satu versi aplikasi yang lebih mudah diperbarui dan dipelihara dibandingkan beberapa versi aplikasi seluler.

Ada banyak contoh pengembangan aplikasi web yang sukses di Indonesia. Salah satunya adalah platform penyedia layanan ride hailing dan pengiriman, Gojek. Pengembangan awal Gojek dimulai dari aplikasi web lalu merambah ke mobile app. Contoh lain platform e-commerce, Tokopedia yang awalnya berupa aplikasi web yang memungkinkan pengguna untuk membeli dan menjual barangnya secara online. 

Kesimpulannya, dibandingkan mobile, aplikasi web punya beberapa keunggulan lebih fleksibel, hemat biaya pengembangan, bisa dipakai tanpa perlu instal aplikasi, dan mudah dalam hal pembaharuan atau pemeliharaan (maintenance) aplikasinya. Meski popularitas atau pengguna aplikasi web tidak sebanyak mobile, perusahaan juga perlu mempertimbangkan pengembangan aplikasi web untuk proyek dan bisnis mereka.

Fathurrachman S W

Design Sprint & SCRUM: Teknik Pengembangan Produk Startup yang Minim Risikov

Design Sprint & SCRUM: Teknik Pengembangan Produk Startup yang Minim Risiko

Memulai bisnis startup bisa jadi petualangan menarik dan penuh tantangan. Ada beberapa hal yang perlu Kita siapkan sebelum mengembangkan bisnis startup lebih jauh. Misalnya, soal pengembangan produk yang dibutuhkan pasar saat itu (product-market fit). Bagaimana mencapai product-market fit tadi? Artikel ini menguraikan penggabungan design sprint dan SCRUM yang jadi solusi dalam pengembangan produk startup efisien, mudah beradaptasi, dan minim resiko.  

Apa itu Design Sprint? 

Design Sprint merupakan metode yang dikembangkan oleh Google Ventures. Metodenya dirancang untuk membantu penyempurnaan ide sebuah produk lebih cepat melalui rekan tim kerja. Design sprint melibatkan aktivitas kolaboratif dengan rekan kerja, seperti mengidentifikasi masalah, membuat solusi, menghasilkan ide, membuat prototype  hingga uji produk kepada calon pengguna. 

Ada beberapa manfaat ketika startup menerapkan metode design sprint, diantaranya:

  • Identifikasi Masalah 

Cepat menangani masalah seperti problem worth solving, hingga dapat solusi tepat.

  • Cepat dan Efisien

Design sprint hanya berlangsung selama seminggu, sehingga memudahkan Anda untuk  mencapai hasil yang relevan dalam jangka waktu cukup singkat. 

  • Validasi Ide 

Anda bisa melakukan uji prototype kepada calon pengguna, sebelum memulai berinvestasi lebih luas.

Kunci sukses ide startup berasal dari kinerja kolaborasi tim. Metode design sprint akan melibatkan aktivitas kolaboratif bersama rekan kerja atau tim. Termasuk tim desainer, pengembang, pemilik produk, dan lainnya. 

Model design sprint memungkinkan Anda bisa membuat ide dan prototype sederhana, hingga uji prototype kepada calon pengguna. Hasil uji prototype nantinya bisa jadi pertimbangan layak tidaknya untuk dilanjutkan. 

SCRUM untuk Pengembangan Produk Startup

SCRUM merupakan rangkaian kerja pengembangan perangkat lunak yang mengikuti pendekatan berulang. Hal ini melibatkan penciptaan tim kolaboratif, dan fokus terhadap pengiriman produk dalam jangka waktu yang disebut Sprint.

Manfaat SCRUM untuk Startup

Beberapa alasan mengapa startup juga perlu menerapkan SCRUM untuk pengembangan bisnis startup antara lain: 

  • Keterlibatan Pemangku Kepentingan 

SCRUM membutuhkan interaksi bersama tim pengembang secara sehat dan teratur.

  • Fleksibilitas

Anda bisa beradaptasi cepat dengan merespon perubahan kebutuhan pasar terkait kebutuhan produk. 

  • Pengiriman Produk yang Cepat
SCRUM akan menghasilkan pengiriman produk lebih cepat daripada metode tradisional.

Setelah metode Design Sprint selesai dan idenya tervalidasi, Anda bisa melanjutkan pengembangan produk ke metode SCRUM. Hasil penggunaan design sprint seperti identifikasi masalah dan pembentukan prototype dapat digunakan sebagai titik awal untuk memulai metode SCRUM.

Anda bisa bekerja dengan tim untuk menentukan prioritas fitur dan fungsi produk yang perlu dikembangkan terlebih dahulu. SCRUM melibatkan pembangunan produk secara berulang hingga sempurna, dalam periode waktu yang singkat, biasanya satu hingga empat minggu.

Kelebihan Pendekatan Kombinasi
Kombinasi design sprint dan SCRUM memberikan sejumlah kelebihan bagi startup antara lain:

  • Minim Risiko
    Meminimalisir risiko pengembangan produk. Caranya dengan memvalidasi ide dan beradaptasi dalam perubahan SCRUM. 
  • Adaptabilitas
    Startup harus siap beradaptasi cepat karena design sprint dan SCRUM membutuhkan kinerja yang gesit.
  • Peningkatan Kolaborasi Tim
    Butuh kolaborasi tim yang selaras agar kombinasi kerja dari gabungan design sprint dan SCRUM  bisa terkoordinasi dengan baik.
  • Pengiriman Produk Lebih Cepat
    Metode SCRUM fokus pada pengiriman yang lebih cepat, sehingga pemasaran produk bisa lebih cepat.

Contoh startup yang sukses menggabungkan metode design sprint dan SCRUM untuk pengembangan produk digital mereka adalah Slack dan Airbnb. Keduanya bukan saja sukses menciptakan ide, tapi juga melakukan adaptasi dan respon cepat terhadap kebutuhan pelanggan. 

Berikut 3 langkah untuk mengimplementasikan kolaborasi design sprint dan SCRUM: 

  • Memulai awal dengan Design Sprint
    Anda bisa memulai untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diselesaikan.
  • Melanjutkan dengan SCRUM
    Gunakan hasil kinerja dari Design Sprint sebagai titik awal dalam SCRUM.
  • Optimalkan Kolaborasi Tim 

Pastikan tim Anda berkolaborasi dengan baik sepanjang proses pengembangan produk.

Kesimpulannya, penggabungan design sprint dan SCRUM adalah teknik sangat efektif untuk pengembangan produk startup. Cara ini membantu startup mengasah ide mereka, mengidentifikasi masalah yang ingin diselesaikan, dan membantu mengembangkan produk dengan cepat dan adaptif. 

Tips Memilih Vendor IT untuk Pengembangan Produk Digital Berbasis SCRUM

Tips Memilih Vendor IT untuk Pengembangan Produk Digital Berbasis SCRUM

Memilih vendor IT yang tepat menjadi penentu kesuksesan pengembangan produk digital, terutama bagi Anda yang pengembangan produknya berbasis SCRUM. Agar tujuan bisnis tercapai secara efisien dan tepat guna, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam mencari partner. Artikel ini akan menguraikan beberapa tips mencari vendor IT yang cocok untuk pengembangan produk digital berbasis SCRUM.  

  • Paham dan Peduli akan Tujuan Bisnis

Vendor ideal bukan hanya sekedar menjual layanan. Mereka juga perlu menempatkan diri sebagai mitra bisnis yang membantu Anda dalam mencapai tujuan bisnis. Untuk itu, carilah vendor yang punya pemahaman kuat akan bisnis, dan peduli dengan kesuksesan bisnis Anda. Vendor  IT perlu juga memberikan  saran perbaikan demi kesuksesan bisnis Anda di masa mendatang.

  • Berpengalaman dalam  SCRUM

Metode SCRUM sangat membutuhkan pemahaman dan pengalaman yang kuat. Oleh karena itu, pastikan Anda memilih vendor yang kompatibel dalam pengembangan produk digital berbasis SCRUM. Vendor yang menguasai metode SCRUM dipastikan tahu cara kerja sprint, uji coba prototipe secara berulang, dan pembentukan kerangka kerja tim. 

  • Pilih Rekan Tim yang Kompeten dan Berdedikasi

Anda perlu memastikan bahwa vendor yang sudah terpilih itu punya kompetensi sesuai dengan pegembangan produk. Tim yang ideal mereka harus berpengalaman dengan SCRUM master, punya developer berkualitas, dan bila mememungkinkan bisa seorang Product Owner. Tim yang kompeten akan memastikan pengembangan berjalan lancar dan sesuai dengan standar kualitas Anda.

  • Opsi Kerjasama Berkelanjutan 

SCRUM adalah pendekatan pengembangan yang berkelanjutan dan iteratif. Artinya bahwa produk Anda akan terus berkembang dan berubah seiring waktu. Untuk itu, vendor yang Anda pilih idealnya punya pemahaman baik tentang pengembangan berkelanjutan, dan bersedia untuk bekerja sama dalam jangka waktu yang lebih lama. Vendor harus memiliki opsi kerjasama yang sesuai dengan kebutuhan perubahan dan penambahan fitur bisnis Anda di masa depan. 

  • Terbuka dalam Koordinasi Roadmap Produk

Koordinasi dan komunikasi yang baik adalah kunci keberhasilan dalam pengembangan produk digital berbasis SCRUM. Pilihlah vendor yang mau terbuka dalam proses koordinasi roadmap pengembangan produk bersama Anda. Vendor harus berkomunikasi secara teratur, memberikan pembaruan tentang kemajuan proyek, dan bersedia mendengarkan saran atau perubahan yang mungkin diperlukan. Hal ini akan membawa kemajuan bisnis Anda di jalur yang aman. 

Kesimpulannya, memilih vendor  IT yang sesuai untuk pengembangan produk berbasis SCRUM adalah keputusan penting. Pilih vendor yang paham dan peduli terhadap tujuan bisnis Anda, seperti berpengalaman dalam SCRUM, memiliki tim yang kompeten dan berdedikasi, menawarkan opsi kerjasama berkelanjutan, dan terbuka dalam koordinasi roadmap produk. 

Ciri vendor yang tepat salah satunya adalah mereka punya tim dedikasi, mencakup SCRUM Master, developer, dan Product Owner. Dengan tim yang berdedikasi tadi, Anda bisa memastikan pengembangan produk akan berjalan lancar, memenuhi kebutuhan bisnis, dan berkembang seiring waktu.

Jangan ragu untuk mewawancarai beberapa vendor dan meminta referensi sebelum mengambil keputusan akhir. Pemilihan yang cermat menjadikan pengembangan produk digital berbasis SCRUM berjalan sukses sejalan dengan tujuan bisnis Anda. 

Pengembangan Perangkat Lunak Bebas Rugi Hindari dengan Tips Ini

Pengembangan Perangkat Lunak Bebas Rugi? Hindari dengan Tips Ini

Pengembangan perangkat lunak menjadi peran kunci dalam menjalankan bisnis, utamanya di era digital. Pengembangan perangkat lunak yang sejalan dengan kebutuhan bisnis bisa mengoptimasi proses, peningkatan efisiensi, dan memberi layanan atau solusi lebih baik ke pelanggan. Sayangnya, perencanaan kurang matang bisa menjadikan investasi pengembangan perangkat lunak beresiko tinggi, bahkan merugi.

Agar investasi pengembangan perangkat lunak berjalan optimal dan gak merugi, cobalah ikuti beberapa tips berikut ini:  

Pastikan Produk Menjawab Kebutuhan Bisnis Anda

Sebelum pengadaan perangkat lunak, pastikan bahwa produk yang akan Anda kembangkan itu benar-benar menjawab kebutuhan bisnis. Jangan sampai proyek pengembangan produk tadi hanya menghabiskan biaya besar tanpa manfaat yang jelas. Disini, Anda bisa menggunakan pendekatan design sprint dan MVP (Minimum Viable Product) untuk memvalidasi ide-ide sebelum melanjutkan ke tahap yang lebih kompleks.

Buat Daftar Fitur dan Tujuannya

Setelah Anda yakin bahwa perangkat lunak yang akan dikembangkan tadi sejalan dengan kebutuhan bisnis, mulailah untuk membuat daftar fitur. Tujuannya untuk menjelaskan fungsi masing-masing fitur secara jelas dan terperinci. Langkah ini membantu Anda dan pihak vendor agar punya pemahaman sama tentang apa yang harus dicapai. 

Pilih Vendor yang Memahami Bisnis Anda

Pemilihan vendor adalah kunci dari pengembangan sebuah perangkat lunak. Pastikan pilih vendor yang memahami betul kebutuhan bisnis Anda. Gak perlu terburu-buru dalam memilih vendor. Sebaliknya, luangkan waktu untuk memahami sejauh mana pengalaman mereka dalam pengembangan produk serupa.

Buat Perjanjian yang Jelas

Setelah memilih vendor yang tepat, saatnya Anda buat perjanjian secara jelas. Dalam hal ini, proyek charter menjadi alat yang sangat berguna. Perjanjian harus mencakup spesifikasi sistem secara rinci, jangka waktu pengerjaan, tim yang terlibat, ruang lingkup pekerjaan, daftar deliverables, jangka waktu dan ruang lingkup garansi, masa pemeliharaan, biaya, dan jadwal pembayaran.

Bersikap Proaktif Selama Pengembangan

Setelah pekerjaan dimulai, tetaplah bersikap proaktif. Mintalah laporan perkembangan secara berkala dan berikan koreksi jika ada yang tidak sesuai dengan rencana. Pastikan komunikasi tim Anda dengan vendor berjalan lancar.

Gunakan Dokumen Proyek Charter

Jika terjadi masalah atau perbedaan pendapat selama proses pengembangan, Anda dapat merujuk ke dokumen proyek charter. Ini akan membantu menyelesaikan masalah dan menjaga proyek tetap berada di jalur yang benar.

Pemenuhan Terhadap Timeline dan Deliverables

Pastikan vendor mematuhi jangka waktu sesuai kesepakatan di awal. Selain itu, jangan terlewat untuk memberikan semua deliverables sesuai ketentuan yang tertulis dalam perjanjian. Hal ini sangat penting guna menjaga proyek tetap berjalan dengan lancar.

Transfer Pengetahuan

Pada akhir proyek, pastikan vendor memberikan transfer pengetahuan yang memadai untuk pemeliharaan sistem dan pengembangan berkelanjutan. Ini akan memastikan bahwa tim Anda bisa merawat dan mengembangkan produk di masa depan.

Pertimbangkan Pengembangan Berbasis SCRUM

Jika Anda menginginkan pendekatan pengembangan yang lebih minim risiko, pertimbangkan untuk menggunakan pendekatan berbasis SCRUM. Ini memungkinkan pengembangan produk secara incremental dan lebih mudah beradaptasi dengan kebutuhan bisnis yang berubah.

Jika Anda berniat melakukan pengembangan produk menggunakan pendekatan SCRUM, maka penting bagi Anda untuk mencari vendor berpengalaman dalam hal sama. Dengan mengikuti tips di atas, Anda bisa memastikan bahwa pengadaan pengembangan perangkat lunak berjalan dengan lancar, memberikan nilai yang diharapkan, dan menghindari kerugian yang tidak perlu. Kelihaian dalam perencanaan dan kerjasama baik dengan vendor adalah kunci keberhasilan Anda.

Q & A Vascomm Webinar : Mengenal Arsitektur Microservice

Q & A Vascomm Webinar : Mengenal Arsitektur Microservice

Diantara berbagai pola dan gaya arsitektur perangkat lunak (software architecture), microservice termasuk dalam kategori pola yang paling banyak dipakai oleh software developer. Microservice banyak diaplikasikan pada organisasi dan bisnis yang perlu kelincahan dan skalabilitas lebih besar. 

Di microservice, setiap fitur dibangun terpisah dan independen dari fitur lainnya. Fitur yang terpisah memungkinkan untuk dikembangkan secara individu tanpa berkaitan dengan seluruh codebase. Komunikasi antar service menggunakan HTTP rest atau message bus.

Pola microservice sekilas terlihat lebih kompleks. Selain itu, developer juga perlu mengeluarkan usaha lebih besar untuk pengembangan software. Berbeda dengan monolith yang tiap fiturnya berkaitan erat dan saling mempengaruhi. Sehingga itu membuatnya lebih beresiko, proses update lebih rumit, integrasi lebih susah, dan peluang munculnya bugs lebih banyak.  

Mengenai mengapa dan bagaimana implementasi microservice untuk kebutuhan bisnis, semua disampaikan pada sesi Vascomm Webinar bertema ‘Trend IT di dunia kerja’. Di akhir sesi webinar, ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta, seperti terangkum di bawah ini: 

[Q1] Untuk service yang menggunakan lumen, mana yang performanya lebih powerfull antara laravel dengan nodejs?

Karena laravel/lumen dibangun menggunakan PHP yang mana merupakan synchronous language, maka NodeJS lebih diunggulkan. Alasannya karena NodeJS berbasis Javascript dengan konsep asynchronous, sehingga membuat performa eksekusi code jadi lebih cepat. Selain itu, NodeJS juga memiliki fokus yang bisa menghandle multithreading dan parallel request.

[Q2] Mending menerapkan microservice di awal pengembangan, atau tunggu sampai users sudah banyak?

Tergantung dari tujuan pengembangan dan kebutuhan aplikasi. Jika memang ada niat menerapkan microservice, akan lebih baik kalau dilakukan di awal. Alasannya karena menghapus kebutuhan modularisasi / refactor di kemudian hari. 

Nah, apa itu refactoring ? Menurut Martin Fowler, dia adalah proses mengganti software system tanpa mengubah behaviour dari kode tersebut, akan tetapi membuat struktur di dalamnya jadi lebih baik.

[Q3] Sampai berapa batasan microservice agar web kita berjalan dengan optimal? Misal kita pecah jadi 100, apakah masih worth it? Apa ada alternatif lain jika overload?

Jawabnya relatif, bergantung dengan resource dan kemampuan dari server. Semua disesuaikan kebutuhan saja. Jika terjadi overload, ya nambah resource boss hehe

Kedua, depend on traffic. Jika dirasa modul kita mengalami penurunan performa karena disebabkan traffic yang sangat tinggi , maka kita harus segera melakukan scale up sekali lagi. Tidak bagus juga kalau kita langsung memberikan resource yang sangat besar akan tetapi trafficnya kecil. Jadinya tidak efektif.

Optimalnya bukan tergantung dari banyaknya microservice, tapi jumlah aktifitas atau lalu lintas request responnya serta cara kita mengatasi massive request bersamaan. Bila overload, Kita bisa enhance di dalam code dengan melakukan optimasi task seperti multithread, chunking proses, dan sebagainya. Selain itu, enhance juga perlu dilakukan dari sisi infrastruktur, caranya dengan menambah jumlah resource untuk memaksimalkan kinerja proses.

[Q4] Saran untuk memprioritaskan kebutuhan infrastruktur atau kebutuhan bisnis?

Keduanya sama-sama penting. Poin utamanya itu yang penting bisnis jalan dan infrastruktur bisa support berlangsungnya bisnis

[Q5] Microservices memungkinkan berbagai macam database pada service berbeda. Bagaimana jika dalam pembuatan service butuh data dari service lain? Bagaimana cara mengambilnya?

Lewat API, komunikasi antar services

[Q6] Apakah kemacetan jaringan berpengaruh pada arsitektur sistem layanan microservice? Bagaimana menghindarinya?

Jelas sih. Solusinya simple, bila arsitektur jaringan diatur dengan baik dan gak terjadi bottleneck, maka layanan aman dari gangguan. Apa itu bottleneck? Dia adalah macetnya proses aliran atau transmisi data sebab alasan tertentu. Biasanya karena perbedaan antara kecepatan kerja suatu komponen dengan kecepatan bus-nya.

Untuk mengatasinya kita bisa pakai load balancing. Yaitu teknik mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang. Gunanya agar trafik berjalan optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi.

Tim outsource IT terus berkembang, source code aman pembajakan?

Tim outsource IT Terus Berkembang, Source Code Aman Pembajakan?

Saat ini tim IT Vascomm ada dimana-mana, apakah ada kekhawatiran dengan isu pembajakan atau pencurian source code?

Kira-kira seperti itu pertanyaan yang muncul dalam diskusi beberapa waktu lalu. Artikel ini akan menjabarkan beberapa langkah untuk memitigasi pembajakan atau pencurian source code dari para programmer.

Bisa dibilang, source code termasuk aset penting software house alias vendor IT solution. Perusahaan perlu mengamankan source code dari pencurian atau pembajakan untuk menjaga keamanan intelektual dan bisnis software Anda. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda implementasikan untuk memitigasi risiko pencurian atau pembajakan source code. 

Langkah pertama, produk/layanan yang dikembangkan harus terintegrasi dengan internet alias berbasis cloud atau SaaS. Biasanya, software yang mudah dibajak itu jika semua fiturnya hanya tersedia offline, seperti game single player.  

Langkah kedua, buat perjanjian kerahasiaan, Non-Disclosure Agreement (NDA). Kesepakatan ini juga sebagai bentuk komitmen programmer untuk menjaga kerahasiaan source code yang sudah dibuat dan tidak menyalahgunakannya demi kepentingan pribadi.

Langkah ketiga, penggunaan sistem pengendalian versi seperti Git. Dia akan membantu software house untuk memantau dan mengendalikan perubahan yang sudah dibuat pada source code. Sistem tadi juga bisa melacak orang yang membuat perubahan pada source code dan memudahkan proses rollback jika diperlukan. 

Continue Reading