Salah kaprah soal Agile

Salah Kaprah soal Agile

Seiring pertumbuhan bisnis baru di sektor teknologi digital, konsep agile development semakin ramai diperbincangkan. Istilah ini dinilai punya prestise tinggi. Kata agile dibuat sebagai label yang memperlihatkan kualitas individu, organisasi, dan bisnis atau perusahaan. Metodologi agile pun tidak hanya dipakai untuk pengembangan software, namun juga menjadi kerangka atau sistem manajemen sebuah organisasi.

Sayang, kenyataannya sebagian orang masih setengah hati memahami bahkan menerapkan konsep agile. Akibatnya, produk atau layanan kurang berkualitas, dan konsumen pun tidak banyak mendapat manfaat dari produk atau layanan yang diberikan. Joshua Partogi, editor manajemen modern mencontohkan beberapa praktik penerapan agile yang masih salah kaprah. Misalnya anggapan yang menyatakan bahwa sistem bisnisnya agile, tapi faktanya request perubahan terjadi hampir setiap hari. 

Agile seakan dipakai sepihak oleh klien untuk menuruti berbagai requirement yang berubah-ubah, namun nilai proyeknya harus tetap sama. Jika kita kroscek ulang, pemahaman keliru soal agile disini tentu merugikan software developer. Mereka akan mengerjakan tiap permintaan perubahan hingga lembur tidak karuan. Sementara di sisi lain, proyek yang dikerjakannya tidak punya visi jelas dan nilai kontraknya tetap.

Mengutip dari Dave Snowden, Joshua mengelompokkan masalah menjadi 5 tipe. Masing-masing diantaranya simple, complicated, complex, chaotic dan disordered. Jadi, menurutnya proyek yang cenderung berubah-ubah tanpa kejelasan visi mengenai produk dari sisi bisnis itu bukanlah disebut agile, melainkan chaos. Ya chaos diartikan sebagai permasalahan yang tidak punya kepastian. Untuk itu, mulailah berhenti menyebut proyek chaos sebagai agile. Karena itu hanya merugikan tim dan finansial perusahaan. 

Contoh salah kaprah lain soal agile, perusahaan mengklaim sistem kerjanya agile, tapi faktanya pimpinan perusahaan tertutup dengan ide bottom-up collective intelligence. Ini mirip pepatah bos selalu benar. Bisa dibayangkan budaya kerja seperti apa yang tercipta dengan tipe pemimpin yang otoriter dan tidak mau memberdayakan tim?

Jika semua pekerjaan menggunakan model top-down alias selalu didikte oleh atasan, bisa dipastikan tidak ada revolusi berpikir yang diadopsi dari konsep agile. Seperti kita tahu bahwa agile menekankan kolaborasi dan collective intelligence, dan ini bertolak belakang dengan model kerja tradisional yang cenderung political power driven.  Continue Reading

Menguak Kesalahpahaman Populer soal SCRUM part 3

Menguak Kesalahpahaman Populer soal SCRUM Part 3 (Final)

Kita kembali lagi untuk mengungkap dan membongkar kesalahpahaman seputar scrum. Artikel ini masih akan membahas sejumlah kesalahpahaman yang sering muncul dalam praktik scrum. Mari kita lanjut membacanya!

Poin 1: Release increment tidak harus menunggu akhir sprint

Dalam scrum, pengembangan increment seharusnya berjalan sepanjang waktu, dan increment dapat dirilis kapan saja tim dan product owner menganggapnya sudah siap untuk dikirim ke pelanggan atau pengguna akhir. Hal ini memungkinkan nilai tambah untuk diberikan lebih cepat.

Poin 2: Sprint khusus untuk persiapan, release, dan lainnya tidak ada

Sprint dalam scrum adalah periode waktu pengembangan produk yang potensial untuk pengiriman. Tidak ada sprint khusus untuk tugas-tugas tertentu di luar lingkup pengembangan produk. Tugas-tugas seperti persiapan atau release seharusnya terintegrasi dalam sprint biasa.

Poin 3: Komunikasi dengan stakeholder bukan hanya kewenangan product owner

Meski product owner memainkan peran penting dalam menjalin komunikasi dengan pemangku kepentingan, semua anggota tim scrum seharusnya dapat berinteraksi dengan pemangku kepentingan. Komunikasi terbuka dan berkelanjutan dengan pemangku kepentingan membantu memahami kebutuhan dan memastikan produk berkembang sesuai dengan harapan.

Poin 4: Product backlog item bisa diubah selama sprint berlangsung

Ada kesalahpahaman bahwa Product Backlog Item (PBI) tidak boleh diubah ketika sprint berlangsung. Namun, sesuai dengan prinsip adaptasi terhadap perubahan, PBI dapat diubah selama sprint jika diperlukan. Namun, perubahan semacam itu harus dikelola dengan hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya pada sprint goal. Pengubahan PBI harus disetujui oleh product owner dan tim pengembangan.

Poin 5: Durasi sprint tidak terkait langsung dengan jumlah product backlog Item yang dikerjakan

Durasi sprint adalah keputusan tim, dan itu biasanya ditentukan secara konsisten, misalnya, 2, 3, atau 4 minggu. Jumlah PBI yang dikerjakan selama sprint harus sesuai dengan kapasitas tim, bukan ditentukan oleh durasi sprint. Tujuan utama adalah memberikan nilai yang konsisten dan berkualitas kepada pemangku kepentingan dalam setiap iterasi.

Scrum adalah kerangka kerja yang dinamis dan fleksibel. Namun, seringkali kesalahpahaman menghalangi implementasi yang efektif. Klarifikasi atas kesalahpahaman ini diharapkan dapat membantu Anda memahami lebih baik bagaimana mengadopsi scrum dengan benar. Teruskan untuk memahami lebih lanjut konsep-konsep penting dalam praktik scrum.

Menguak Kesalahpahaman Populer Tentang SCRUM (1)

Menguak Kesalahpahaman Populer soal SCRUM Part 2

Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas beberapa kesalahpahaman yang umum terjadi tentang SCRUM. Sekarang, mari kita lanjutkan kesalahpahaman lain yang perlu diklarifikasi.

Poin 1: Product owner dan scrum master bagian dari tim SCRUM

Sebenarnya, dalam kerangka kerja scrum, keduanya adalah anggota integral dari tim. Mereka berperan penting dalam membantu tim mencapai kesuksesan proyek.

  • Product owner: Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan backlog produk. Mereka adalah pemangku kepentingan utama yang menentukan kebutuhan dan prioritas fitur.
  • Scrum master: Berperan sebagai fasilitator untuk memastikan tim dapat menerapkan scrum dengan baik. Mereka membantu mengatasi hambatan, memfasilitasi event-event scrum, dan menjaga tim fokus pada prinsip-prinsip scrum.

Poin 2: Komunikasi antara anggota tim SCRUM tidak terbatas pada saat event

Scrum memiliki serangkaian event seperti daily scrum, sprint planning, sprint review, dan sprint retrospective. Namun, kesalahpahaman yang umum adalah mengira bahwa komunikasi antara anggota tim scrum hanya terjadi selama event tadi. Sebenarnya, komunikasi yang baik harus terjadi sepanjang sprint. Tim harus saling berkolaborasi dan berkomunikasi secara teratur untuk memecahkan masalah, berbagi pengetahuan, dan menjaga proyek berjalan lancar.

Poin 3: Estimasi waktu dan effort developer bukan komitmen mutlak

Estimasi waktu dan usaha pengembang selama sprint planning harus dianggap sebagai komitmen yang tidak boleh dilanggar. Anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Estimasi adalah perkiraan berdasarkan pemahaman saat ini tentang pekerjaan yang harus dilakukan. Disisi lain, penting bagi pengembang untuk berusaha memenuhi estimasi dalam situasi yang berubah atau perencanaannya perlu disesuaikan saat muncul hambatan. Scrum mendorong adaptasi terhadap perubahan.

Poin 4: SCRUM wajib menggunakan scrum board

Meskipun scrum board berguna untuk memvisualisasikan pekerjaan dalam sprint, tools itu bukan jadi keharusan mutlak. Tim bisa menggunakan alat atau metode visualisasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal terpenting, pekerjaan terlihat dan bisa dikelola dengan baik.

Poin 5: Sprint retrospective bukan bagian penting dari SCRUM

Beberapa orang berpikir bahwa sprint retrospective jadi opsional dalam SCRUM. Padahal, retrospektif adalah elemen penting dalam perbaikan terus-menerus. Ini adalah kesempatan bagi tim untuk melihat kembali sprint sebelumnya, mengidentifikasi apa yang berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki. Meskipun retrospektif mungkin tampak opsional, itu adalah alat yang kuat untuk meningkatkan kinerja tim.

SCRUM adalah kerangka kerja yang mempromosikan kolaborasi tim, adaptasi terhadap perubahan, dan perbaikan terus-menerus. Klarifikasi atas kesalahpahaman ini diharapkan dapat membantu Anda dalam menerapkan scrum dengan lebih baik. Jangan lewatkan artikel selanjutnya di seri ini, di mana kita akan terus menjelajahi konsep-konsep scrum yang penting.

Menguak Kesalahpahaman Populer soal SCRUM – part 1

Apakah kamu pernah mendengar tentang SCRUM? Sebagian mungkin sudah sering mendengarnya, terutama jika berkecimpung di dunia pengembangan perangkat lunak. Namun, ada banyak kesalahpahaman tentang SCRUM yang perlu kita klarifikasi. Dalam seri artikel ini, kita akan mengulas beberapa poin penting yang sering di salah pahami soal SCRUM. 

Poin 1: SCRUM bukan Metodologi, Melainkan Framework

Kesalahpahaman yang umum terjadi adalah menganggap SCRUM sebagai metodologi. Padahal, sebenarnya SCRUM adalah sebuah framework. Apa bedanya? Metodologi adalah aturan ketat yang harus diikuti di setiap situasi, sementara framework memberikan kerangka kerja yang lebih fleksibel. Dalam SCRUM, tim punya kebebasan untuk menyesuaikan praktik-praktiknya dengan kebutuhan proyek tertentu.

Poin 2: SCRUM bukan satu-satunya framework agile

Sebenarnya, ada banyak framework agile lain seperti Kanban, Lean, dan Extreme Programming (XP). SCRUM hanyalah salah satu pilihan, dan pemilihan framework bergantung pada karakteristik proyek dan preferensi tim.

Poin 3: Timebox dalam SCRUM itu penting!

Saat berbicara tentang SCRUM, seringkali ada kesalahpahaman bahwa timebox (waktu yang terbatas) dalam setiap kegiatan SCRUM tidak begitu penting. Ini tidak benar. Timebox adalah salah satu elemen kunci dalam SCRUM. Misalnya, dalam sprint, ada batasan waktu yang ketat untuk menyelesaikan pekerjaan. Ini membantu tim untuk tetap fokus dan menghasilkan hasil lebih baik dalam waktu yang telah ditentukan.

Poin 4: Daily SCRUM bukan cuma untuk laporan progress

Daily SCRUM atau stand-up meeting harian sering dianggap hanya sebagai wadah untuk melaporkan progress. Padahal sebenarnya lebih dari itu. Tujuan utama dari daily SCRUM adalah untuk menyinkronkan tim, mengidentifikasi hambatan yang mungkin muncul, dan membuat rencana tindakan yang diperlukan. Ini bukan hanya acara untuk product owner, melainkan seluruh tim.

Poin 5: Sprint harus menghasilkan increment

Anggapan itu bertentangan dengan prinsip utama SCRUM. Dalam setiap sprint, tim harus menghasilkan potongan produk yang berfungsi. Ini memungkinkan pemangku kepentingan untuk mendapatkan nilai tambah setelah setiap sprint selesai.

SCRUM adalah sebuah framework yang memungkinkan tim untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan responsif terhadap perubahan. Menghindari kesalahpahaman tentang SCRUM adalah langkah pertama menuju penggunaan yang lebih baik. Dalam seri artikel ini, kami akan terus menjelajahi lebih dalam tentang SCRUM dan bagaimana Anda dapat menggunakannya secara efektif dalam pengembangan perangkat lunak. Nantikan kelanjutan pembahasan mengenai scrumb!

Panduan Praktis memaksimalkan potensi ChatGPT

Panduan Praktis memaksimalkan potensi ChatGPT

Sejak pertama kemunculannya, ChatGPT menjadi platform chatbot gratis berbasis teknologi AI paling populer. Meski berteknologi canggih, pengguna perlu tahu beberapa strategi agar penggunaannya lebih optimal. Artikel ini akan membahas beberapa tips dan trik untuk memaksimalkan teknologi dari ChatGPT. 

Berbicara dengan empati

Saat berinteraksi dengan ChatGPT, buatlah percakapan seolah-olah kamu berbicara dengan manusia. Jangan ragu untuk menuliskan perintah atau permintaan lebih rinci jika diperlukan. Konteks tambahan juga akan membantu ChatGPT merespons lebih relevan.

Batasan data hingga tahun 2021

ChatGPT menggunakan data hingga tahun 2021. Penting untuk diingat bahwa mesin ini mungkin tidak punya informasi terkini. Jadi, saat mencari berita atau informasi terbaru, pastikan kamu memverifikasi juga dari sumber lain.

Memiliki kemampuan serbaguna

ChatGPT bukan hanya sekadar asisten percakapan. Kamu bisa memanfaatkannya untuk berbagai keperluan, termasuk:

  1. Menulis konten: ChatGPT bisa membantumu untuk membuat artikel, email, bahkan kode pemrograman. Cukup berikan petunjuk dan panduan yang jelas.
  2. Format kustom: Kamu bisa meminta ChatGPT untuk menghasilkan teks dalam format tertentu, seperti Markdown, tabel, JSON, atau bahkan berbagai bahasa pemrograman. Ini memungkinkan kamu untuk mengotomatisasi tugas-tugas tertentu.
  3. Menggunakan informasi acuan: Kamu bisa memberikan informasi atau referensi tambahan kepada ChatGPT sebagai panduan dalam menjalankan tugas. Ini akan membantu mesin untuk memahami konteks tugas yang kamu berikan.

Kendalikan tone dan mood

Salah satu fitur unik ChatGPT adalah kemampuannya untuk menghasilkan teks dengan berbagai nada dan suasana hati. Kamu dapat menginstruksikan ChatGPT untuk menghasilkan teks dengan tone yang sesuai baik formal, santai, atau bersemangat. Ini akan membuat teks yang dihasilkan terasa lebih alami dan sesuai dengan tujuan kamu.

Dengan memahami dan mengimplementasikan panduan tadi, kamu dapat mengambil manfaat penuh dari ChatGPT. Teruslah berlatih dan eksperimen dengan mesin ini. Kamu akan menyadari jika ChatGPT adalah mitra yang berguna untuk meningkatkan produktivitas dan komunikasi di era digital. 

Native App Development VS Multi Platform App Development

Multi Platform App Development, Kelebihan dan Momen Terbaik Menggunakannya

Istilah Multiplatform app development merujuk pada proses pembuatan atau pengembangan aplikasi perangkat lunak yang mana aplikasi dapat dijalankan pada beberapa platform yang berbeda hanya dengan menggunakan satu source code. Beberapa alat yang digunakan untuk multiplatform app development yaitu React Native, Xamarin, Flutter.

Pengembangan aplikasi dengan metode ini sangat menghemat waktu dan biaya, karena hanya dengan sekali proses pengembangan, dapat menghasilkan aplikasi yang bisa dijalankan pada banyak platform. Namun penting juga untuk diperhatikan bahwa memberikan kualitas terbaik dengan metode ini menjadi cukup sulit dan rumit. Dikarenakan pengembang harus memastikan kualitas aplikasi di setiap platform. Belum lagi pengembang juga harus memperhatikan batasan tiap platform ketika melakukan kustomisasi pada aplikasi.

Kelebihan Multi Platform App Development

  • Biaya lebih murah

Karena proses pengembangan cukup sekali, maka biayanya lebih murah. Berbeda dengan aplikasi native yang butuh biaya untuk pengembangan app di setiap platform.

  • Waktu pengembangan lebih cepat

Cukup membuat satu source code dengan satu bahasa pemrograman, Kita bisa mengembangkan aplikasi untuk berbagai platform. 

  • Proses maintenance lebih mudah 

Karena pengembangan multi platform app hanya punya satu sumber source code, maka pengembang fokus melakukan pemeliharaan hanya di satu sumber source code tadi.  Continue Reading

Native App Development VS Multi Platform App Development

Native App Development, Apa Kelebihan dan Kapan Harus Menggunakannya?

Di awal pengembangan software, fokusnya terbatas pada satu platform tertentu. Software yang dikembangkan untuk platform Windows misalnya, tidak bisa beroperasi pada platform Mac OS. Pengembangan software di awal-awal ini umumnya disebut native app development

Hingga saat ini, bermunculan berbagai jenis platform. Seperti di komputer ada Windows buatan Microsoft, dan Mac OS milik Apple. Sementara di platform mobile, ada Android dari Google, dan IOS buatan Apple. Belum lagi platform aplikasi website yang biasa dijalankan lewat beberapa browser. 

Munculnya berbagai jenis platform tadi menjadikan cara baru pengembangan software yang sekarang dikenal dengan istilah multi platform app development. Jadi, pengembangan software hanya dilakukan sekali, dan hasilnya bisa dijalankan di berbagai platform. Jika Kamu termasuk pengembang software, maka pemilihan antara native app dengan multi platform app menjadi hal yang sangat penting. Artikel ini akan menjabarkan antara keduanya. Termasuk perbedaan native app dengan multi platform app development.

Apa itu Native App Development?

Diartikan sebagai pengembangan aplikasi perangkat lunak yang beroperasi pada perangkat dan platform tertentu. Anda bisa membuat aplikasi secara native untuk desktop, smart watch, smart TV, dan sebagainya. Pengembangan aplikasi menggunakan bahasa pemrograman dan alat yang khusus pada satu platform tertentu. Contohnya, android dibuat dengan bahasa Java atau Kotlin, dan bahasa Objective-C atau Swift untuk IOS.

Kelebihan Native App Development

  • Performa yang mumpuni

Aplikasi yang dibuat bisa berinteraksi langsung dengan API native tanpa perlu perantara seperti plugin. Hal ini memungkinkan aplikasinya bisa mengakses keseluruhan fitur pada platform dan kemampuan perangkat sehingga kinerjanya menjadi optimal.

  • Konsistensi UI UX

Tampilan aplikasi dirancang sesuai dengan pedoman desain yang sudah ditentukan. Ini menjadikan pengembang aplikasi bisa mengoptimalkan tampilan agar sesuai dengan kebiasaan user platform tersebut.

  • Dukungan App Store 

Aplikasi native lebih mudah dipublikasikan karena fitur yang ada pada toko aplikasi (app store) memudahkan pengembang untuk bisa menjangkau audiens lebih banyak.

  • Keamanan lebih baik

Karena aplikasi native bisa mengakses keseluruhan fitur pada platform, maka aplikasi dapat mengakses semua fitur keamanan dan enkripsi yang disediakan platform.

  • Akses langsung ke fitur-fitur baru

Aplikasi native bisa mengakses langsung pembaruan fitur pada platform. Hal ini berbeda dengan multiplatform app development yang harus menunggu perantara seperti plugin untuk bisa mengakses pembaruan pada platform.

Meski punya beberapa kelebihan seperti yang disebut tadi, aplikasi native juga ada kekurangan. Aplikasinya hanya bisa dijalankan di satu platform. Jadi, jika mau mengembangkan aplikasi ke platform lain diperlukan biaya lagi. Hal ini yang menjadikan biaya pengembangan aplikasi native lebih mahal.

Pengembangan aplikasi native biasanya dilakukan dalam skenario tertentu, juga sesuai kebutuhan dan tujuannya. Lalu, kapan saat yang tepat melakukan pengembangan aplikasi native? Berikut dua kondisi yang Kami rekomendasikan:

Pertama, jika aplikasi butuh performa dan pengalaman pengguna yang baik. Anda bisa memaksimalkan akses keseluruhan fitur dan kemampuan platform. Kedua, jika aplikasi menggunakan fitur khusus seperti akses lokasi, kamera, notifikasi, dan lainnya. Aplikasi native bisa menyajikan berbagai fitur tadi lebih baik dan maksimal.

Memahami Semantik HTML Memperkuat Struktur dan Makna Konten

Memahami Semantik HTML: Memperkuat Struktur dan Makna Konten

Sebelum membangun situs web, penting bagi developer untuk memahami dan menerapkan semantik HTML dengan baik. HTML (Hypertext Markup Language) adalah bahasa markup yang digunakan untuk membangun struktur dan menandai konten sebuah halaman web. Sementara semantik HTML diartikan sebagai kesesuaian penggunaan tag HTML dengan makna dan fungsi konten yang akan disampaikan. Artikel ini akan mendeskripsikan pentingnya semantik HTML, dan bagaimana menerapkannya secara efektif.

Mengapa Semantik HTML Penting?

  1. Aksesibilitas : Semantik HTML membantu meningkatkan aksesibilitas situs web. Penggunaan tag yang sesuai akan mempermudah user disabilitas atau dengan bantuan teknologi asistif, untuk memahami konten dan berinteraksi dengan situs web.
  2. SEO (Search Engine Optimization) : Search engines seperti Google menggunakan struktur HTML dan semantik untuk memahami konten sebuah halaman. Dengan menerapkan semantik yang benar, kita dapat membantu mesin pencari memahami dan mengindeks konten dengan lebih baik, sehingga meningkatkan kemungkinan penampilan situs web pada hasil pencarian.
  3. Mudah Dipelihara : Tag yang sesuai dan punya makna jelas akan mempermudah proses pembaruan sekaligus maintenance web di masa depan. Semantik yang baik membuat kode HTML lebih mudah dibaca dan dipahami oleh pengembang lain yang mungkin terlibat dalam pengembangan situs web.

Prinsip Semantik HTML

A. Gunakan Tag yang Sesuai

Pilih tag HTML yang tepat untuk mengelompokkan dan memberikan makna pada konten. Misalnya, gunakan tag <header> untuk bagian kepala situs, <nav> untuk navigasi, <main> untuk konten utama, <article> untuk artikel, <section> untuk bagian-bagian yang terkait, dan sebagainya.

B. Gunakan Heading Secara Berurutan

Penggunaan tag heading (<h1> hingga <h6>) harus dilakukan secara berurutan sesuai dengan tingkat hierarki informasi. Tag <h1> digunakan untuk judul utama halaman, <h2> untuk subjudul, dan seterusnya.

C. Jangan Gunakan Tag Hanya untuk Tampilan:

Hindari penggunaan tag semantik hanya untuk tujuan tampilan atau styling. Gunakan tag yang tepat untuk memberikan makna pada konten, menggunakan CSS untuk mengatur tampilan dan gaya visual.

D. Gunakan Atribut alt untuk Gambar

Ketika menyertakan gambar, gunakan atribut alt untuk memberikan deskripsi alternatif tentang gambar tersebut. Ini membantu pengguna yang tidak dapat melihat gambar, serta membantu dalam optimasi mesin pencari.

Contoh implementasi semantik HTML

semantik HTML

Pada contoh disamping, penulis menggunakan tag-tag semantik HTML seperti <header>, <nav>, <main>, <section>, <article>, dan <footer> untuk memberikan makna pada struktur konten. Penggunaan tag heading (<h1>, <h2>) juga diatur secara berurutan untuk hierarki judul.

Dengan menerapkan semantik HTML yang tepat, kita dapat memperkuat struktur dan makna konten pada situs web kita, meningkatkan aksesibilitas, SEO, dan kemudahan pemeliharaan. Semoga artikel ini membantu Anda memahami pentingnya semantik HTML dan menerapkannya dengan baik dalam pengembangan situs web.

Apa saja tag yang tersedia pada Semantik HTML?

Dalam semantik HTML, terdapat sejumlah tag yang dirancang khusus untuk memberikan makna dan struktur pada konten dalam halaman web. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa tag semantik HTML yang umum digunakan:

  1. <header>: Tag ini digunakan untuk mengelompokkan elemen yang berada di bagian kepala (header) halaman, seperti judul, logo, dan navigasi.

  2. <nav>: Tag ini digunakan untuk mengelompokkan elemen navigasi, seperti menu atau tautan navigasi

  3. <main>: Tag ini digunakan untuk mengelompokkan konten utama halaman. Biasanya hanya terdapat satu elemen <main> dalam satu halaman.

  4. <section>: Tag ini digunakan untuk mengelompokkan konten yang terkait atau memiliki topik yang sama. Sebaiknya digunakan untuk mengorganisir konten dalam bagian yang jelas dan berarti.

  5. <article>: Tag ini digunakan untuk mengelompokkan konten yang merupakan artikel atau bagian mandiri dengan informasi yang bermakna secara independen.

  6. <aside>: Tag ini digunakan untuk mengelompokkan konten yang terkait tetapi tidak menjadi bagian utama dari halaman. Biasanya digunakan untuk elemen samping, seperti kolom sisi atau kotak info tambahan.

  7. <footer>: Tag ini digunakan untuk mengelompokkan elemen yang berada di bagian bawah (footer) halaman, seperti informasi hak cipta, tautan ke halaman terkait, atau informasi kontak.

  8. <h1> hingga <h6>: Tag-tag ini digunakan untuk menandai judul atau subjudul halaman. <h1> adalah judul utama, sedangkan <h2> hingga <h6> adalah subjudul dengan tingkat hierarki yang lebih rendah

  9. <figure> dan <figcaption>: Digunakan untuk mengelompokkan gambar atau media lainnya dengan deskripsi atau keterangan yang terkait.

  10. <time>: Tag ini digunakan untuk menandai waktu atau tanggal tertentu dalam konten, seperti tanggal publikasi artikel.

Ini hanya beberapa contoh tag semantik HTML yang sering digunakan. Selain itu, terdapat juga tag lain seperti <address>, <blockquote>, <cite>, <mark>, <code>, dan masih banyak lagi. Penting untuk memahami dan menggunakan tag semantik dengan benar untuk memperkuat struktur dan makna konten dalam halaman web.

QRIS Cross-Border, sistem pembayaran digital global

QRIS Cross-Border: Senjata Indonesia untuk Melawan Dominasi USD

Globalisasi dunia menjadikan tantangan ekonomi dan perdagangan di berbagai negara semakin kompleks. Masalah yang timbul misalnya dominasi mata uang USD untuk transaksi lintas negara. Kabar baiknya, inovasi teknologi baru memungkinkan negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk bisa melawan dominasi mata uang tadi. 

Teknologi QRIS contohnya. Sistem pembayaran digital cross-border yang berdampak pada perkembangan ekonomi inklusif dan berkelanjutan. QRIS cross-border merupakan kombinasi standar kode QR pemerintah Indonesia untuk pembayaran elektronik dalam negeri, dengan transaksi lintas negara. Sehingga ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada mata uang USD dalam perdagangan internasional. 

QRIS cross-border punya peranan signifikan. Selain melawan dominasi USD, dia juga menguatkan stabilitas ekonomi negara. Caranya yaitu dengan mengurangi risiko fluktuasi mata uang yang dapat mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Berkurangnya fluktuasi mata uang mendorong percepatan inklusi keuangan.  Sehingga pelaku UMKM berpeluang terlibat dalam perdagangan internasional dengan mudah dan terjangkau. Ini berarti, Indonesia pun bisa menjadi salah satu pemain global karena jangkauan pasar yang mendunia. 

Vascomm, satu diantara penyedia layanan IT solution yang berpengalaman dalam pengembangan sistem QRIS cross-border untuk sektor perbankan. Sebagai IT software solution for business, Vascomm berkolaborasi dengan berbagai klien dalam pengembangan sistem aplikasi untuk memenuhi kebutuhan digitalisasi bisnis mereka. Seperti pengembangan sistem pembayaran digital melalui mobile banking, internet banking, dompet digital, dan QRIS cross-border berstandar internasional. 

Sistem QRIS cross-border yang Vascomm kembangkan bisa terintegrasi dengan platform pembayaran yang sudah ada, seperti e-wallet, aplikasi perbankan, dan sistem transaksi elektronik lain. Menariknya, Vascomm juga punya pelayanan on demand services. Sehingga klien bisa menambah atau menghapus fitur sesuai kebutuhan bisnis mereka, melakukan analisa data, dan menyediakan pelaporan transaksi yang disesuaikan. 

Untuk memastikan kelancaran operasional sistem, Vascomm biasanya memberikan layanan tambahan seperti dukungan teknis dan pemeliharaan komprehensif. Tim Vascomm juga akan memberikan jaminan utama terhadap keamanan data dan privasi pelanggan dengan menerapkan protokol terstandarisasi global. Dari sisi tampilan, tim UI Vascomm berfokus pada pengalaman intuitif, dan kenyamanan user saat menggunakan aplikasi.  

Berbekal pengalaman menangani berbagai proyek lintas sektor bisnis, Vascomm percaya bisa menjadi bagian dari mitra bisnis Anda dalam pengembangan QRIS cross-border dan solusi digitalisasi bisnis lain. Mari bersama-sama menghadirkan perubahan positif dan menjadi bagian dalam perdagangan dunia. Untuk konsultasi atau mempelajari profil lengkap Vascomm, termasuk daftar proyek pengembangan aplikasi digital yang diselesaikan, silahkan beralih ke laman vascomm.co.id

Peran System Analyst dalam Proyek IT

Peran System Analyst dalam Proyek IT

Keberhasilan pengembangan proyek IT tak terlepas dari peran seorang System Analyst (SA). Secara general, SA bertanggung jawab menganalisa kebutuhan bisnis dan merancang sistem tepat guna sejalan dengan kebutuhan klien. Apa saja peran dan tanggung jawab System Analyst dalam proyek IT? Yuk, simak artikel ini lebih lanjut!

Requirement Gathering dan Analisis Kebutuhan

Requirement Gathering menjadi proses awal sebelum pengembangan proyek IT. Dia berupa tindakan identifikasi, mengumpulkan, dan mencatat kebutuhan pengguna, tujuan dan sistem yang diinginkan dalam sebuah proyek pengembangan proyek IT.

Perancangan Sistem

System Analyst mengidentifikasi kebutuhan dan membuat solusi sistem yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Di tahap ini SA merancang spesifikasi fungsional dan non-fungsional sistem, mencakup arsitektur, fitur, alur kerja, dan antarmuka pengguna. Pemodelan proses bisnis, diagram alir data, dan mungkin pembuatan prototipe adalah beberapa komponen penting dalam perancangan proyek IT.

Koordinasi Tim

System Analyst berperan sebagai penghubung antara tim pengembang dengan stakeholder. Sebagai penghubung, SA membantu meningkatkan pemahaman antara pengguna dan pengembang dengan menyampaikan persyaratan dan kebutuhan yang jelas kepada tim pengembang.

Support pasca development

System Analyst biasanya akan terlibat dalam training end user  serta support pasca implementasi sistem. Tujuanya untuk  memastikan pengguna memahami cara menggunakan system, menangani masalah, dan bekerja sama dengan tim pengembang/tim terkait dari permasalahan yang timbul.

Dari penjelasan tadi, Kita bisa simpulkan bahwa SA memainkan peran penting yang menghubungkan kebutuhan bisnis dengan implementasi teknologi di setiap tahapan proyek. Mereka juga memastikan bahwa sistem yang sudah dibangun itu sudah memenuhi kebutuhan bisnis, bisa berfungsi dengan baik, dan memberikan best value untuk stakeholder terkait.