Kerja di perusahaan IT

Lulus Kuliah Langsung Kerja di Perusahaan IT, Emang Bisa?

Pertanyaan yang sering muncul di benak mahasiswa IT: apakah ilmu yang didapatkan di perkuliahan sudah cukup untuk langsung diterapkan di dunia kerja? Harapan untuk bisa kerja di perusahaan IT setelah lulus memang besar. Namun realitanya, dunia kerja di bidang IT kerap kali menuntut lebih dari sekadar teori dan pengetahuan dasar yang diajarkan di kampus.

Kurikulum IT di universitas memang memberikan fondasi penting. Akan tetapi, aspek praktis dari pekerjaan seringkali memerlukan keterampilan yang tidak tercakup secara mendalam dalam perkuliahan. Tujuan kuliah pada dasarnya untuk memberi pemahaman dasar yang kuat tentang konsep inti dalam bidang studi tertentu.

Dalam konteks IT, mahasiswa diajarkan dasar pemrograman, algoritma, struktur data, serta konsep teori lain. Namun, meski lulusan IT mungkin memahami konsep ini dengan baik, sering kali mereka mendapati bahwa dunia kerja membutuhkan aplikasi praktis dari ilmu tersebut. Persiapan kerja IT seringkali melibatkan keterampilan yang tak diajarkan di bangku kuliah.

Di luar perkuliahan, ada beberapa keterampilan tambahan yang sangat penting untuk dipelajari oleh calon pekerja di industri IT. Penguasaan tools dan teknologi terkini seperti Docker, Git, AWS, atau Google Cloud sangat dibutuhkan oleh perusahaan IT. Soft skills seperti komunikasi efektif dan manajemen waktu juga penting. Semua ini merupakan bagian penting dalam persiapan kerja IT yang sukses.

Persiapan Sebelum Masuk Dunia Kerja IT

Untuk mempersiapkan diri sebelum terjun ke dunia kerja IT, mahasiswa dapat melakukan beberapa hal. Beberapa diantaranya seperti mengikuti kompetisi project, bekerja sebagai freelancer, magang di perusahaan IT, atau mengikuti bootcamp adalah langkah yang efektif. Dengan beberapa pengalaman tadi, mahasiswa bisa mengembangkan skill praktis yang tak diperoleh di perkuliahan.

Manfaat Mengikuti Kompetisi Bertema Project  

Mengikuti kompetisi project IT membantu mahasiswa mengasah kemampuan kerja tim, komunikasi efektif, serta mengembangkan kepemimpinan dan mental berkompetisi. Kompetisi mensimulasikan situasi yang mirip dengan dunia kerja. Jadi, mahasiswa punya kesiapan mental dan keterampilan lebih baik. Selain itu, mahasiswa punya pengalaman selayaknya di dunia kerja nyata. Seperti kerja di bawah tekanan dengan deadline ketat dan harapan yang tinggi

Bekerja sebagai Freelancer  

Sebagai freelancer, mahasiswa dihadapkan pada tanggung jawab profesional, tuntutan kualitas kerja, dan klien. Mahasiswa belajar tentang manajemen proyek, beradaptasi dengan kebutuhan klien, dan bekerja dalam tim yang mungkin tersebar secara geografis. Pengalaman ini sangat berharga karena bisa memberi wawasan kehidupan profesional dan membantu mempersiapkan mereka untuk tantangan lebih besar di masa depan.

Pengalaman Magang di Perusahaan IT  

Magang menjadi kesempatan emas mahasiswa bisa merasakan pengalaman kerja di sebuah organisasi terstruktur. Dari magang, mereka akan belajar tentang etika kerja, aturan atau budaya perusahaan, dan komunikasi efektif dalam organisasi. Pengalaman magang juga memungkinkan mahasiswa bisa bekerja langsung dengan proyek-proyek nyata, yang bisa memberikan pengalaman sangat berharga dan memperkuat pemahaman mereka tentang bagaimana teori diterapkan dalam praktek.

Mengikuti Bootcamp untuk Pembelajaran Intensif  

Mengikuti bootcamp bisa jadi pilihan sangat efektif bagi mahasiswa yang ingin mempersiapkan diri lebih matang sebelum terjun ke dunia kerja. Di bootcamp, peserta mendapat bimbingan langsung dari para profesional di bidangnya. Selain itu, lingkungan bootcamp yang terkondisikan membuat proses belajar menjadi lebih efektif dibandingkan dengan menjadi freelancer atau magang. Di bootcamp, mahasiswa juga bisa langsung mempraktikkan ilmu yang mereka pelajari dalam proyek nyata.

Membangun Portofolio Pengalaman Kerja  

Semua opsi yang telah disebutkan di atas tidak hanya membantu mahasiswa mempersiapkan diri secara mental dan keterampilan, tetapi juga memungkinkan mereka untuk membangun portofolio yang kuat. Portofolio yang mencakup proyek nyata, pengalaman kerja freelance, kontribusi dalam kompetisi, serta proyek dari bootcamp, akan membuat seorang lulusan lebih menonjol di mata calon pemberi kerja. Portofolio menunjukkan bahwa selain memiliki pengetahuan teoretis, mahasiswa juga memiliki kemampuan praktis dan pengalaman yang relevan—kombinasi yang sangat dicari oleh perusahaan IT.

Kesimpulan 

Ilmu yang didapatkan di perkuliahan saja mungkin tidak cukup untuk langsung memasuki dunia kerja di bidang IT. Untuk mempersiapkan diri dengan baik, mahasiswa perlu mencari pengalaman tambahan melalui kompetisi, pekerjaan freelance, magang, dan bootcamp. Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi juga membantu membangun portofolio yang dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja. Jadi, dengan kombinasi antara ilmu perkuliahan dan pengalaman nyata, sangat mungkin bagi seorang lulusan baru untuk langsung bekerja di perusahaan IT.

Aplikasi web vs Mobile App

Aplikasi Web vs Mobile, Mana yang Lebih Unggul?

Belakangan, muncul perdebatan soal perbandingan aplikasi web dan mobile. Faktanya, saat ini aplikasi mobile mendominasi pasar Indonesia. Meski begitu, pengembangan aplikasi berbasis website perlahan juga makin diminati. Benarkah aplikasi seluler atau kita kenal dengan istilah mobile app itu lebih unggul dibandingkan versi website? Atau justru sebaliknya, aplikasi website (web application) punya keunggulan lebih dari mobile app? 

Ada sebuah anggapan yang mengatakan bahwa aplikasi mobile berjalan lebih cepat dan handal dibanding versi website. Sayangnya, anggapan tadi tidak selalu benar. Untuk beroperasi, mobile app membutuhkan sumber daya lebih banyak. Jika sistem berjalan lambat atau lemot, akan muncul masalah pada aplikasi. 

Fakta lain bahwa aplikasi mobile juga terbatas oleh platform yang mendasarinya. Misalnya, aplikasi iOS hanya bisa berjalan atau berfungsi dalam iPhone dan iPad. Sementara android hanya akan beroperasi di perangkat android.

Fakta ketiga, aplikasi web punya beberapa keunggulan dibandingkan mobile app, diantaranya:

  • Lebih fleksibel

Aplikasi web bisa diakses lewat perangkat apapun yang terhubung ke internet seperti smartphone, tablet, laptop, dan komputer desktop. 

  • Lebih mudah & Hemat

Pengguna bisa menggunakan aplikasinya tanpa perlu mengunduh atau menginstal di smartphone. Dari sisi budget, pengembangan aplikasi web juga lebih hemat waktu dan biaya. Hal ini karena pengembang tidak perlu membangun versi terpisah untuk setiap platform yang berbeda. 

  • Pemeliharaan lebih mudah

Pengembang hanya perlu membuat satu versi aplikasi yang lebih mudah diperbarui dan dipelihara dibandingkan beberapa versi aplikasi seluler.

Ada banyak contoh pengembangan aplikasi web yang sukses di Indonesia. Salah satunya adalah platform penyedia layanan ride hailing dan pengiriman, Gojek. Pengembangan awal Gojek dimulai dari aplikasi web lalu merambah ke mobile app. Contoh lain platform e-commerce, Tokopedia yang awalnya berupa aplikasi web yang memungkinkan pengguna untuk membeli dan menjual barangnya secara online. 

Kesimpulannya, dibandingkan mobile, aplikasi web punya beberapa keunggulan lebih fleksibel, hemat biaya pengembangan, bisa dipakai tanpa perlu instal aplikasi, dan mudah dalam hal pembaharuan atau pemeliharaan (maintenance) aplikasinya. Meski popularitas atau pengguna aplikasi web tidak sebanyak mobile, perusahaan juga perlu mempertimbangkan pengembangan aplikasi web untuk proyek dan bisnis mereka.

Fathurrachman S W

Design Sprint & SCRUM: Teknik Pengembangan Produk Startup yang Minim Risikov

Design Sprint & SCRUM: Teknik Pengembangan Produk Startup yang Minim Risiko

Memulai bisnis startup bisa jadi petualangan menarik dan penuh tantangan. Ada beberapa hal yang perlu Kita siapkan sebelum mengembangkan bisnis startup lebih jauh. Misalnya, soal pengembangan produk yang dibutuhkan pasar saat itu (product-market fit). Bagaimana mencapai product-market fit tadi? Artikel ini menguraikan penggabungan design sprint dan SCRUM yang jadi solusi dalam pengembangan produk startup efisien, mudah beradaptasi, dan minim resiko.  

Apa itu Design Sprint? 

Design Sprint merupakan metode yang dikembangkan oleh Google Ventures. Metodenya dirancang untuk membantu penyempurnaan ide sebuah produk lebih cepat melalui rekan tim kerja. Design sprint melibatkan aktivitas kolaboratif dengan rekan kerja, seperti mengidentifikasi masalah, membuat solusi, menghasilkan ide, membuat prototype  hingga uji produk kepada calon pengguna. 

Ada beberapa manfaat ketika startup menerapkan metode design sprint, diantaranya:

  • Identifikasi Masalah 

Cepat menangani masalah seperti problem worth solving, hingga dapat solusi tepat.

  • Cepat dan Efisien

Design sprint hanya berlangsung selama seminggu, sehingga memudahkan Anda untuk  mencapai hasil yang relevan dalam jangka waktu cukup singkat. 

  • Validasi Ide 

Anda bisa melakukan uji prototype kepada calon pengguna, sebelum memulai berinvestasi lebih luas.

Kunci sukses ide startup berasal dari kinerja kolaborasi tim. Metode design sprint akan melibatkan aktivitas kolaboratif bersama rekan kerja atau tim. Termasuk tim desainer, pengembang, pemilik produk, dan lainnya. 

Model design sprint memungkinkan Anda bisa membuat ide dan prototype sederhana, hingga uji prototype kepada calon pengguna. Hasil uji prototype nantinya bisa jadi pertimbangan layak tidaknya untuk dilanjutkan. 

SCRUM untuk Pengembangan Produk Startup

SCRUM merupakan rangkaian kerja pengembangan perangkat lunak yang mengikuti pendekatan berulang. Hal ini melibatkan penciptaan tim kolaboratif, dan fokus terhadap pengiriman produk dalam jangka waktu yang disebut Sprint.

Manfaat SCRUM untuk Startup

Beberapa alasan mengapa startup juga perlu menerapkan SCRUM untuk pengembangan bisnis startup antara lain: 

  • Keterlibatan Pemangku Kepentingan 

SCRUM membutuhkan interaksi bersama tim pengembang secara sehat dan teratur.

  • Fleksibilitas

Anda bisa beradaptasi cepat dengan merespon perubahan kebutuhan pasar terkait kebutuhan produk. 

  • Pengiriman Produk yang Cepat
SCRUM akan menghasilkan pengiriman produk lebih cepat daripada metode tradisional.

Setelah metode Design Sprint selesai dan idenya tervalidasi, Anda bisa melanjutkan pengembangan produk ke metode SCRUM. Hasil penggunaan design sprint seperti identifikasi masalah dan pembentukan prototype dapat digunakan sebagai titik awal untuk memulai metode SCRUM.

Anda bisa bekerja dengan tim untuk menentukan prioritas fitur dan fungsi produk yang perlu dikembangkan terlebih dahulu. SCRUM melibatkan pembangunan produk secara berulang hingga sempurna, dalam periode waktu yang singkat, biasanya satu hingga empat minggu.

Kelebihan Pendekatan Kombinasi
Kombinasi design sprint dan SCRUM memberikan sejumlah kelebihan bagi startup antara lain:

  • Minim Risiko
    Meminimalisir risiko pengembangan produk. Caranya dengan memvalidasi ide dan beradaptasi dalam perubahan SCRUM. 
  • Adaptabilitas
    Startup harus siap beradaptasi cepat karena design sprint dan SCRUM membutuhkan kinerja yang gesit.
  • Peningkatan Kolaborasi Tim
    Butuh kolaborasi tim yang selaras agar kombinasi kerja dari gabungan design sprint dan SCRUM  bisa terkoordinasi dengan baik.
  • Pengiriman Produk Lebih Cepat
    Metode SCRUM fokus pada pengiriman yang lebih cepat, sehingga pemasaran produk bisa lebih cepat.

Contoh startup yang sukses menggabungkan metode design sprint dan SCRUM untuk pengembangan produk digital mereka adalah Slack dan Airbnb. Keduanya bukan saja sukses menciptakan ide, tapi juga melakukan adaptasi dan respon cepat terhadap kebutuhan pelanggan. 

Berikut 3 langkah untuk mengimplementasikan kolaborasi design sprint dan SCRUM: 

  • Memulai awal dengan Design Sprint
    Anda bisa memulai untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diselesaikan.
  • Melanjutkan dengan SCRUM
    Gunakan hasil kinerja dari Design Sprint sebagai titik awal dalam SCRUM.
  • Optimalkan Kolaborasi Tim 

Pastikan tim Anda berkolaborasi dengan baik sepanjang proses pengembangan produk.

Kesimpulannya, penggabungan design sprint dan SCRUM adalah teknik sangat efektif untuk pengembangan produk startup. Cara ini membantu startup mengasah ide mereka, mengidentifikasi masalah yang ingin diselesaikan, dan membantu mengembangkan produk dengan cepat dan adaptif. 

Tips Memilih Vendor IT untuk Pengembangan Produk Digital Berbasis SCRUM

Tips Memilih Vendor IT untuk Pengembangan Produk Digital Berbasis SCRUM

Memilih vendor IT yang tepat menjadi penentu kesuksesan pengembangan produk digital, terutama bagi Anda yang pengembangan produknya berbasis SCRUM. Agar tujuan bisnis tercapai secara efisien dan tepat guna, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam mencari partner. Artikel ini akan menguraikan beberapa tips mencari vendor IT yang cocok untuk pengembangan produk digital berbasis SCRUM.  

  • Paham dan Peduli akan Tujuan Bisnis

Vendor ideal bukan hanya sekedar menjual layanan. Mereka juga perlu menempatkan diri sebagai mitra bisnis yang membantu Anda dalam mencapai tujuan bisnis. Untuk itu, carilah vendor yang punya pemahaman kuat akan bisnis, dan peduli dengan kesuksesan bisnis Anda. Vendor  IT perlu juga memberikan  saran perbaikan demi kesuksesan bisnis Anda di masa mendatang.

  • Berpengalaman dalam  SCRUM

Metode SCRUM sangat membutuhkan pemahaman dan pengalaman yang kuat. Oleh karena itu, pastikan Anda memilih vendor yang kompatibel dalam pengembangan produk digital berbasis SCRUM. Vendor yang menguasai metode SCRUM dipastikan tahu cara kerja sprint, uji coba prototipe secara berulang, dan pembentukan kerangka kerja tim. 

  • Pilih Rekan Tim yang Kompeten dan Berdedikasi

Anda perlu memastikan bahwa vendor yang sudah terpilih itu punya kompetensi sesuai dengan pegembangan produk. Tim yang ideal mereka harus berpengalaman dengan SCRUM master, punya developer berkualitas, dan bila mememungkinkan bisa seorang Product Owner. Tim yang kompeten akan memastikan pengembangan berjalan lancar dan sesuai dengan standar kualitas Anda.

  • Opsi Kerjasama Berkelanjutan 

SCRUM adalah pendekatan pengembangan yang berkelanjutan dan iteratif. Artinya bahwa produk Anda akan terus berkembang dan berubah seiring waktu. Untuk itu, vendor yang Anda pilih idealnya punya pemahaman baik tentang pengembangan berkelanjutan, dan bersedia untuk bekerja sama dalam jangka waktu yang lebih lama. Vendor harus memiliki opsi kerjasama yang sesuai dengan kebutuhan perubahan dan penambahan fitur bisnis Anda di masa depan. 

  • Terbuka dalam Koordinasi Roadmap Produk

Koordinasi dan komunikasi yang baik adalah kunci keberhasilan dalam pengembangan produk digital berbasis SCRUM. Pilihlah vendor yang mau terbuka dalam proses koordinasi roadmap pengembangan produk bersama Anda. Vendor harus berkomunikasi secara teratur, memberikan pembaruan tentang kemajuan proyek, dan bersedia mendengarkan saran atau perubahan yang mungkin diperlukan. Hal ini akan membawa kemajuan bisnis Anda di jalur yang aman. 

Kesimpulannya, memilih vendor  IT yang sesuai untuk pengembangan produk berbasis SCRUM adalah keputusan penting. Pilih vendor yang paham dan peduli terhadap tujuan bisnis Anda, seperti berpengalaman dalam SCRUM, memiliki tim yang kompeten dan berdedikasi, menawarkan opsi kerjasama berkelanjutan, dan terbuka dalam koordinasi roadmap produk. 

Ciri vendor yang tepat salah satunya adalah mereka punya tim dedikasi, mencakup SCRUM Master, developer, dan Product Owner. Dengan tim yang berdedikasi tadi, Anda bisa memastikan pengembangan produk akan berjalan lancar, memenuhi kebutuhan bisnis, dan berkembang seiring waktu.

Jangan ragu untuk mewawancarai beberapa vendor dan meminta referensi sebelum mengambil keputusan akhir. Pemilihan yang cermat menjadikan pengembangan produk digital berbasis SCRUM berjalan sukses sejalan dengan tujuan bisnis Anda. 

Pengembangan Perangkat Lunak Bebas Rugi Hindari dengan Tips Ini

Pengembangan Perangkat Lunak Bebas Rugi? Hindari dengan Tips Ini

Pengembangan perangkat lunak menjadi peran kunci dalam menjalankan bisnis, utamanya di era digital. Pengembangan perangkat lunak yang sejalan dengan kebutuhan bisnis bisa mengoptimasi proses, peningkatan efisiensi, dan memberi layanan atau solusi lebih baik ke pelanggan. Sayangnya, perencanaan kurang matang bisa menjadikan investasi pengembangan perangkat lunak beresiko tinggi, bahkan merugi.

Agar investasi pengembangan perangkat lunak berjalan optimal dan gak merugi, cobalah ikuti beberapa tips berikut ini:  

Pastikan Produk Menjawab Kebutuhan Bisnis Anda

Sebelum pengadaan perangkat lunak, pastikan bahwa produk yang akan Anda kembangkan itu benar-benar menjawab kebutuhan bisnis. Jangan sampai proyek pengembangan produk tadi hanya menghabiskan biaya besar tanpa manfaat yang jelas. Disini, Anda bisa menggunakan pendekatan design sprint dan MVP (Minimum Viable Product) untuk memvalidasi ide-ide sebelum melanjutkan ke tahap yang lebih kompleks.

Buat Daftar Fitur dan Tujuannya

Setelah Anda yakin bahwa perangkat lunak yang akan dikembangkan tadi sejalan dengan kebutuhan bisnis, mulailah untuk membuat daftar fitur. Tujuannya untuk menjelaskan fungsi masing-masing fitur secara jelas dan terperinci. Langkah ini membantu Anda dan pihak vendor agar punya pemahaman sama tentang apa yang harus dicapai. 

Pilih Vendor yang Memahami Bisnis Anda

Pemilihan vendor adalah kunci dari pengembangan sebuah perangkat lunak. Pastikan pilih vendor yang memahami betul kebutuhan bisnis Anda. Gak perlu terburu-buru dalam memilih vendor. Sebaliknya, luangkan waktu untuk memahami sejauh mana pengalaman mereka dalam pengembangan produk serupa.

Buat Perjanjian yang Jelas

Setelah memilih vendor yang tepat, saatnya Anda buat perjanjian secara jelas. Dalam hal ini, proyek charter menjadi alat yang sangat berguna. Perjanjian harus mencakup spesifikasi sistem secara rinci, jangka waktu pengerjaan, tim yang terlibat, ruang lingkup pekerjaan, daftar deliverables, jangka waktu dan ruang lingkup garansi, masa pemeliharaan, biaya, dan jadwal pembayaran.

Bersikap Proaktif Selama Pengembangan

Setelah pekerjaan dimulai, tetaplah bersikap proaktif. Mintalah laporan perkembangan secara berkala dan berikan koreksi jika ada yang tidak sesuai dengan rencana. Pastikan komunikasi tim Anda dengan vendor berjalan lancar.

Gunakan Dokumen Proyek Charter

Jika terjadi masalah atau perbedaan pendapat selama proses pengembangan, Anda dapat merujuk ke dokumen proyek charter. Ini akan membantu menyelesaikan masalah dan menjaga proyek tetap berada di jalur yang benar.

Pemenuhan Terhadap Timeline dan Deliverables

Pastikan vendor mematuhi jangka waktu sesuai kesepakatan di awal. Selain itu, jangan terlewat untuk memberikan semua deliverables sesuai ketentuan yang tertulis dalam perjanjian. Hal ini sangat penting guna menjaga proyek tetap berjalan dengan lancar.

Transfer Pengetahuan

Pada akhir proyek, pastikan vendor memberikan transfer pengetahuan yang memadai untuk pemeliharaan sistem dan pengembangan berkelanjutan. Ini akan memastikan bahwa tim Anda bisa merawat dan mengembangkan produk di masa depan.

Pertimbangkan Pengembangan Berbasis SCRUM

Jika Anda menginginkan pendekatan pengembangan yang lebih minim risiko, pertimbangkan untuk menggunakan pendekatan berbasis SCRUM. Ini memungkinkan pengembangan produk secara incremental dan lebih mudah beradaptasi dengan kebutuhan bisnis yang berubah.

Jika Anda berniat melakukan pengembangan produk menggunakan pendekatan SCRUM, maka penting bagi Anda untuk mencari vendor berpengalaman dalam hal sama. Dengan mengikuti tips di atas, Anda bisa memastikan bahwa pengadaan pengembangan perangkat lunak berjalan dengan lancar, memberikan nilai yang diharapkan, dan menghindari kerugian yang tidak perlu. Kelihaian dalam perencanaan dan kerjasama baik dengan vendor adalah kunci keberhasilan Anda.

Tim outsource IT terus berkembang, source code aman pembajakan?

Tim outsource IT Terus Berkembang, Source Code Aman Pembajakan?

Saat ini tim IT Vascomm ada dimana-mana, apakah ada kekhawatiran dengan isu pembajakan atau pencurian source code?

Kira-kira seperti itu pertanyaan yang muncul dalam diskusi beberapa waktu lalu. Artikel ini akan menjabarkan beberapa langkah untuk memitigasi pembajakan atau pencurian source code dari para programmer.

Bisa dibilang, source code termasuk aset penting software house alias vendor IT solution. Perusahaan perlu mengamankan source code dari pencurian atau pembajakan untuk menjaga keamanan intelektual dan bisnis software Anda. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda implementasikan untuk memitigasi risiko pencurian atau pembajakan source code. 

Langkah pertama, produk/layanan yang dikembangkan harus terintegrasi dengan internet alias berbasis cloud atau SaaS. Biasanya, software yang mudah dibajak itu jika semua fiturnya hanya tersedia offline, seperti game single player.  

Langkah kedua, buat perjanjian kerahasiaan, Non-Disclosure Agreement (NDA). Kesepakatan ini juga sebagai bentuk komitmen programmer untuk menjaga kerahasiaan source code yang sudah dibuat dan tidak menyalahgunakannya demi kepentingan pribadi.

Langkah ketiga, penggunaan sistem pengendalian versi seperti Git. Dia akan membantu software house untuk memantau dan mengendalikan perubahan yang sudah dibuat pada source code. Sistem tadi juga bisa melacak orang yang membuat perubahan pada source code dan memudahkan proses rollback jika diperlukan. 

Continue Reading

Sedang Mencari Tenaga Outsource Pengembang Aplikasi? Lakukan Uji Kelayakan ini Dulu.

Sedang Mencari Tenaga Outsource Pengembang Aplikasi? Lakukan Uji Kelayakan ini Dulu!

Mayoritas sepakat bahwa digitalisasi sudah menjadi kebutuhan wajib setiap individu pun bisnis. Faktanya, efisiensi seringkali cukup sulit dicapai ketika harus melakukan rekrutmen untuk full-time software engineer. Oleh karena itu, outsource akhirnya menjadi pilihan.

Jika perusahaan anda mengambil langkah ini, maka 1 tujuan yang harus dicapai, mencari penyedia outsource pengembang aplikasi terbaik dan tidak rugi karena mereka. Banyak perusahaan yang kini melakukan outsource terhadap tim pengembang aplikasi mereka karena 3 hal umum berikut :

  • Produk akan dikembangkan oleh tim berpengalaman yang sangat memahami teknologi modern
  • Perusahaan akan dapat fokus ke “core” bisnis
  • Anda akan menghemat waktu dan uang (tentunya tidak untuk jangka pendek, tapi untuk jangka panjang terkait quality, efisiensi akan sangat terasa)

Mau tidak mau, anda perlu menyaring sekian banyak penyedia software outsource yang sejalan dengan kebutuhan internal bisnis, dan kualitasnya sesuai ekspektasi anda. Meskipun tugas tadi tidak mudah, anda tetap harus melakukan riset secara dalam. Tapi setidaknya beberapa pengetahuan ini bisa mempermudah anda dalam memilih :

  1. Expertise Harus Menjadi Poin Utama

Tim terpilih harus punya keahlian mendalam terkait hal yang perusahaan anda butuhkan. Alasannya simple, kita jauh lebih mudah bekerja dengan orang yang memang sudah expert di bidangnya. Untuk memastikannya, kita bisa melihat dari sisi teknologi, code, dan pengetahuan menyeluruh soal apa yang menjadi concern bisnis. Terkait expertise, berikut 5 hal yang bisa anda pertimbangkan:

  • Website, bagaimana penampilannya, dan apakah mudah digunakan
  • Portofolio, seberapa berkualitas kliennya?
  • Technology, sejauh mana pengembangan teknologi yang dapat diberikan
  • Team, apakah tim mereka menyediakan full services meliputi design, development, testing, project management, dan support.
  • Blog, bagaimana advancement mereka dalam pengembangan aplikasi
  1. Future Proof as Possible

Penyedia layanan software tidak berkualitas akan memberikan saran pengembangan yang tidak optimal untuk terus mengais uang dari perusahaan anda. Tentunya hal ini harus disadari dan sebisa mungkin dihindari. Pastikan aplikasi telah teruji se future-proof mungkin demi meningkatkan efisiensi perusahaan anda.

  1. Cari Tahu Cara Kerja Mereka

Banyak penyedia layanan software yang mensiasati pengerjaan untuk mengambil keuntungan lebih banyak. Maka dari itu, anda perlu tahu terlebih dahulu seperti apa proses bekerja mereka. Tim yang baik akan melakukan pekerjaannya seefisien mungkin dengan waktu yang tidak terlalu lama. Pastikan juga ada transparansi dalam proses bekerjanya seperti penyediaan dashboard development, penyediaan tools project management, dan hal lainnya.

  1. Pastikan Background Leadernya Baik

Memilih penyedia layanan outsource dengan leader yang menginspirasi dan konsekuen terhadap segala pernyataannya akan membawa perusahaan anda menuju sukses. Ketika timnya melenceng, sang leader nantinya yang akan mengarahkan sehingga tim outsource selalu berada di peak performance mereka dalam mengembangkan aplikasi.

  1. Tes Pola Komunikasi dengan Customer

Salah satu penyebab frustasi dikarenakan pola komunikasi yang tidak terjalin baik. Seperti kurang tanggap terhadap pengaduan konsumen, penyelesaian bug hingga berminggu, dan masih banyak hal lain. Persoalan tadi nantinya akan menghambat proses development yang tentunya anda tidak mau ini terjadi, bukan.

Balik lagi, untuk mengevaluasi dan memilih tim outsource, anda punya kewenangan untuk menentukan kriteria sendiri. Namun, dengan 5 uji kelayakan di atas, harapannya anda mudah menentukan parameter perusahaan dalam memilih tim outsource pengembang aplikasi terbaik.

Sebagai penyedia layanan outsource pengembang aplikasi, Vascomm sangat menjaga hal esensial guna mengoptimalkan kualitas aplikasi yang kami kembangkan dengan harga terbaik. Tidak berhenti di pengembangan aplikasi, kami juga berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan “bright solution” sesuai dengan kebutuhan bisnis anda.

Baru-baru ini, Vascomm mengenalkan layanan baru yang fokus pada penyediaan talenta digital. Ada 3 pilihan yang bisa diambil oleh perusahaan, yaitu sistem sharing talent, talent outsource, dan talent squad. Apa dan bagaimana skema dari masing-masing tadi, artikel selengkapnya bisa didapkan dari laman TalentGo

5 Alasan Mengapa Perusahaan Melakukan Software Development Outsourcing

5 Alasan Mengapa Perusahaan Melakukan Software Development Outsourcing

Meskipun teknologi bukan satu satunya faktor, tapi salah satu langkah inovasi terbaik seharusnya dilakukan dengan pengembangan aplikasi atau software. Nyatanya, pengembangan software seringkali jadi kebutuhan kritikal yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk menerobos batas digitalisasi. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu dengan menyerahkan pengembangan aplikasi kepada pihak outsource ataupun layanan konsultan.   

Mengutip data dari Statista, di tahun 2019, nilai kontrak ITO (Information Technology Outsourcing) di seluruh penjuru dunia telah mencapai 66.5$ Billion. Hal ini menandakan bahwa banyak perusahaan yang masih menjadikan Software Development Outsourcing (SDO) sebagai pilihan. Lantas mengapa hal ini terjadi ? Berikut 5 alasannya :

Meningkatkan Fleksibilitas

Staff perusahaan tidak perlu mengesampingkan tugas harianya untuk mengembangkan aplikasi. Ketika perusahaan Anda telah melakukan identifikasi kebutuhan, langkah selanjutnya tinggal mengajak tim outsource profesional. Misal, jika internal perusahaan sudah ada tim UX yang qualified, maka anda hanya perlu melakukan outsource tim software engineer untuk menjembatani gap. Jadi, perusahaan akan punya waktu lebih banyak untuk fokus ke hal lain yang jadi spesialis.

SDO memberi perusahaan talent berbakat secara instan 

Bayangkan seberapa besar effort yang diperlukan perusahaan untuk meng hire tim IT. Persoalan tadi bisa teratasi dengan bantuan software engineer profesional yang ditawarkan oleh penyedia layanan outsource. Tim software engineer outsource ini diharapkan akan terintegrasi dengan workflow perusahaan.

Meningkatkan Efisiensi 

SDO dapat mengakselerasi delivery project ke market tanpa mengesampingkan kualitas software. Tim Outsource berkualitas akan menggunakan waktunya untuk menggaris bawahi guideline yang perusahaan berikan dan mengimplementasikan workflow dengan pemanfaatan tools manajemen proyek. Ditambah, tim outsource yang baik mestinya juga menerapkan design thinking dalam pengembangan aplikasinya. ini akan mempertajam value dari aplikasi itu sendiri.

Mitigasi Risiko 

Software outsourcing membantu menyeimbangkan risiko yang ada pada project. Baik developer dan client, keduanya akan memangku tanggung jawab yang sama untuk memastikan software berjalan dengan baik. Tim outsource akan membantu perusahaan anda untuk membuat rencana dengan risiko seminimal mungkin dengan pengalaman yang dimiliki.

Meningkatkan Keamanan 

Berdasarkan data yang diambil dari Norton, data breach atau data exposing menyebabkan perusahaan rata-rata mengalami kerugian sebanyak 3.86$ billion di seluruh dunia. Bekerja dengan tim outsource IT berpengalaman akan meningkatkan keamanan dan menyelamatkan reputasi brand perusahaan anda. Dengan pengalamannya, tim outsource IT akan mempertimbangkan keamanan dari end user hingga ke database untuk menjamin informasi sensitif tersimpan secara aman dengan risiko ancaman seminimal mungkin.

Jadi, apakah anda sudah berencana meng hire tim outsource untuk proyek pengembangan software berikutnya? Atau mungkin anda punya pemikiran lain soal software development outsourcing?

What, why and how to be agile?

What, Why and How to be Agile?

Menyambung artikel sebelumnya tentang salah kaprah soal agile, artikel kali ini akan menjabarkan apa, mengapa, dan bagaimana menjadi agile baik untuk skala individu juga lingkup organisasi. Belakangan kata agile punya prestise tinggi di mata masyarakat, terutama bagi mereka yang berkecimpung di industri teknologi khususnya software developer. 

Sayangnya, sebagian masih salah memahami sekaligus menerapkan nilai dan prinsip agile ke dalam sistem kerja organisasi atau perusahaan. Akibatnya, produk/layanan yang dihasilkan tidak berkualitas dan belum cukup memberikan manfaat bagi masyarakat. Lantas, apa sebenarnya definisi agile? Dan mengapa individu atau perusahaan perlu mengadopsi nilai ini?

Agile sebenarnya revolusi ‘pola pikir’ dan ‘perilaku’. Agile berkembang dengan cakupan luas menjadi sekumpulan metode, prinsip, dan kerangka kerja manajerial mulai dari tim hingga manajemen inovasi. Lean Startup, Scrum, Holacracy, Design Thinking, keempatnya menerapkan konsep agile dalam kerangka kerjanya.

Perusahaan teknologi dunia mengadopsi agile dalam sistem manajemen. Sebut saja Google, raksasa teknologi yang mengolah ide design thinking hingga menciptakan bingkai kerja design sprint. Hasilnya, mereka mampu menemukan desain software yang product-market-fit. 

Contoh lain, agile bicara tentang manajemen operasional internal. Medium.com dan Zappos adalah perusahaan berbasis teknologi yang mengadopsi agile dalam merestrukturisasi organisasi yang lebih cair lewat holacracy. Keduanya tumbuh menjadi organisasi besar yang tetap jauh dari birokrasi, politik, dan gerakan lamban. 

Melansir dari laman agilecampus.org (6/4), penulis menceritakan pengalamannya saat boarding di Changi Airport, Singapura. Penulis terkesan dengan bagaimana Changi terus mempertahankan kualitas lewat optimasi kepuasan pelanggan. Bukan sekedar melakukan data survey, Changi juga mengimbanginya dengan perbaikan nyata yang terus menerus mereka lakukan.

Pihak bandara menyadari kapabilitas dan potensi mereka (self-aware), sehingga bisa terus menemukan ide perbaikan yang akan diterapkan (proactive). Efek penerapan perbaikan pada persepsi pengunjung terus dipantau (empathetic), dan jadi data untuk pengambilan keputusan di iterasi berikutnya kebiasaan bagus dilanjutkan, sementara yang jelek akan segera diganti.

How to be Agile?

Jawabannya mulailah dari hal mendasar, yaitu mindset. Pola pikir menentukan value sekaligus prinsip, lalu dia menggerakkan perilaku. Perilaku yang dilakukan berulang dan kerja keras akan membantu kita menemukan passion. INGAT! mengganti bungkus tanpa mengubah isinya itu BUKAN agile. Move, don’t idle, Be Agile, Just do your best, as best as you can, and the passion will follow you, kata Yusuf Kurniawan.

Melihat perkembangan dunia yang semakin modern dan canggih, kita perlu merevolusi cara berpikir dan kebiasaan agile. Dalam konteks organisasi, terutama abad 21 ini, kita dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif. Dan itu didapat dari kecakapan kolaborasi, berpikir kritis, dan komunikasi. 3 soft skill itulah yang diperlukan industri untuk bisa agile dan sustainable di era disruptif ini.

Salah kaprah soal Agile

Salah Kaprah soal Agile

Seiring pertumbuhan bisnis baru di sektor teknologi digital, konsep agile development semakin ramai diperbincangkan. Istilah ini dinilai punya prestise tinggi. Kata agile dibuat sebagai label yang memperlihatkan kualitas individu, organisasi, dan bisnis atau perusahaan. Metodologi agile pun tidak hanya dipakai untuk pengembangan software, namun juga menjadi kerangka atau sistem manajemen sebuah organisasi.

Sayang, kenyataannya sebagian orang masih setengah hati memahami bahkan menerapkan konsep agile. Akibatnya, produk atau layanan kurang berkualitas, dan konsumen pun tidak banyak mendapat manfaat dari produk atau layanan yang diberikan. Joshua Partogi, editor manajemen modern mencontohkan beberapa praktik penerapan agile yang masih salah kaprah. Misalnya anggapan yang menyatakan bahwa sistem bisnisnya agile, tapi faktanya request perubahan terjadi hampir setiap hari. 

Agile seakan dipakai sepihak oleh klien untuk menuruti berbagai requirement yang berubah-ubah, namun nilai proyeknya harus tetap sama. Jika kita kroscek ulang, pemahaman keliru soal agile disini tentu merugikan software developer. Mereka akan mengerjakan tiap permintaan perubahan hingga lembur tidak karuan. Sementara di sisi lain, proyek yang dikerjakannya tidak punya visi jelas dan nilai kontraknya tetap.

Mengutip dari Dave Snowden, Joshua mengelompokkan masalah menjadi 5 tipe. Masing-masing diantaranya simple, complicated, complex, chaotic dan disordered. Jadi, menurutnya proyek yang cenderung berubah-ubah tanpa kejelasan visi mengenai produk dari sisi bisnis itu bukanlah disebut agile, melainkan chaos. Ya chaos diartikan sebagai permasalahan yang tidak punya kepastian. Untuk itu, mulailah berhenti menyebut proyek chaos sebagai agile. Karena itu hanya merugikan tim dan finansial perusahaan. 

Contoh salah kaprah lain soal agile, perusahaan mengklaim sistem kerjanya agile, tapi faktanya pimpinan perusahaan tertutup dengan ide bottom-up collective intelligence. Ini mirip pepatah bos selalu benar. Bisa dibayangkan budaya kerja seperti apa yang tercipta dengan tipe pemimpin yang otoriter dan tidak mau memberdayakan tim?

Jika semua pekerjaan menggunakan model top-down alias selalu didikte oleh atasan, bisa dipastikan tidak ada revolusi berpikir yang diadopsi dari konsep agile. Seperti kita tahu bahwa agile menekankan kolaborasi dan collective intelligence, dan ini bertolak belakang dengan model kerja tradisional yang cenderung political power driven.  Continue Reading