Menguak Kesalahpahaman Populer Tentang SCRUM (1)

Menguak Kesalahpahaman Populer soal SCRUM Part 2

Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas beberapa kesalahpahaman yang umum terjadi tentang SCRUM. Sekarang, mari kita lanjutkan kesalahpahaman lain yang perlu diklarifikasi.

Poin 1: Product owner dan scrum master bagian dari tim SCRUM

Sebenarnya, dalam kerangka kerja scrum, keduanya adalah anggota integral dari tim. Mereka berperan penting dalam membantu tim mencapai kesuksesan proyek.

  • Product owner: Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan backlog produk. Mereka adalah pemangku kepentingan utama yang menentukan kebutuhan dan prioritas fitur.
  • Scrum master: Berperan sebagai fasilitator untuk memastikan tim dapat menerapkan scrum dengan baik. Mereka membantu mengatasi hambatan, memfasilitasi event-event scrum, dan menjaga tim fokus pada prinsip-prinsip scrum.

Poin 2: Komunikasi antara anggota tim SCRUM tidak terbatas pada saat event

Scrum memiliki serangkaian event seperti daily scrum, sprint planning, sprint review, dan sprint retrospective. Namun, kesalahpahaman yang umum adalah mengira bahwa komunikasi antara anggota tim scrum hanya terjadi selama event tadi. Sebenarnya, komunikasi yang baik harus terjadi sepanjang sprint. Tim harus saling berkolaborasi dan berkomunikasi secara teratur untuk memecahkan masalah, berbagi pengetahuan, dan menjaga proyek berjalan lancar.

Poin 3: Estimasi waktu dan effort developer bukan komitmen mutlak

Estimasi waktu dan usaha pengembang selama sprint planning harus dianggap sebagai komitmen yang tidak boleh dilanggar. Anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Estimasi adalah perkiraan berdasarkan pemahaman saat ini tentang pekerjaan yang harus dilakukan. Disisi lain, penting bagi pengembang untuk berusaha memenuhi estimasi dalam situasi yang berubah atau perencanaannya perlu disesuaikan saat muncul hambatan. Scrum mendorong adaptasi terhadap perubahan.

Poin 4: SCRUM wajib menggunakan scrum board

Meskipun scrum board berguna untuk memvisualisasikan pekerjaan dalam sprint, tools itu bukan jadi keharusan mutlak. Tim bisa menggunakan alat atau metode visualisasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal terpenting, pekerjaan terlihat dan bisa dikelola dengan baik.

Poin 5: Sprint retrospective bukan bagian penting dari SCRUM

Beberapa orang berpikir bahwa sprint retrospective jadi opsional dalam SCRUM. Padahal, retrospektif adalah elemen penting dalam perbaikan terus-menerus. Ini adalah kesempatan bagi tim untuk melihat kembali sprint sebelumnya, mengidentifikasi apa yang berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki. Meskipun retrospektif mungkin tampak opsional, itu adalah alat yang kuat untuk meningkatkan kinerja tim.

SCRUM adalah kerangka kerja yang mempromosikan kolaborasi tim, adaptasi terhadap perubahan, dan perbaikan terus-menerus. Klarifikasi atas kesalahpahaman ini diharapkan dapat membantu Anda dalam menerapkan scrum dengan lebih baik. Jangan lewatkan artikel selanjutnya di seri ini, di mana kita akan terus menjelajahi konsep-konsep scrum yang penting.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *