Seberapa familiar Kamu dengan istilah seputar QA?

Seberapa familiar Kamu dengan istilah QA ini?

Siapa yang di kantor sering dengar istilah tertentu yang berkaitan dengan IT? Seringkali, beberapa developer dan tim IT lain berbicara menggunakan istilah spesifik yang mungkin awam bagi non developer. Nah di dunia software Quality Assurance (QA) misalnya, ada banyak istilah penting yang dipakai untuk menjelaskan proses atau alat saat melakukan pekerjaan. Pertanyaannya, seberapa sering kita mendengar istilah bidang QA berikut ini? Lalu, apakah Kita juga tahu arti dari istilah tersebut? 

Beberapa istilah populer dalam dunia QA

Ada banyak istilah populer yang sering dipakai dalam dunia software developer, khususnya tim QA. Berikut beberapa diantaranya:  

  1. Quality Assurance (QA)

QA adalah pendekatan sistematis untuk memastikan produk atau layanan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Dalam konteks Software Quality Assurance (SQA), QA melibatkan proses pengujian dan pemantauan secara menyeluruh untuk memastikan bahwa perangkat lunak memenuhi persyaratan dan standar kualitas yang ditetapkan.

  1. Software Testing

Software testing adalah proses verifikasi dan validasi perangkat lunak untuk memastikan fungsi berjalan baik. Proses ini melibatkan pengujian fungsional dan non-fungsional untuk mengidentifikasi dan memperbaiki bug atau masalah potensial.

  1. Functional Testing

Jenis pengujian perangkat lunak yang fokus untuk memverifikasi apakah sistem atau aplikasi berfungsi sesuai dengan persyaratan fungsional yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, tujuan fungsional testing adalah memastikan perangkat lunak melakukan fungsi yang diharapkan sesuai dengan ketentuan spesifikasi.

  1. Non-Functional Testing

Fokus pada aspek non-fungsional suatu sistem, melibatkan kualitas atau karakteristik kinerja selain dari fungsionalitas inti. Tujuan utama dari non-fungsional testing adalah mengevaluasi atribut seperti kinerja, keamanan, keandalan, ketersediaan, dan usabilitas sistem. Berbeda dengan fungsional testing yang menguji apa yang dilakukan perangkat lunak, non-fungsional testing fokus pada bagaimana perangkat lunak melakukan fungsi tersebut dalam kondisi tertentu.

  1. Regression Test

Regression testing adalah jenis pengujian untuk memastikan perubahan atau pembaruan pada perangkat lunak tidak mempengaruhi fungsi yang sudah ada sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi potensi bug baru yang mungkin muncul akibat perubahan.

  1. Black-box Testing

Metode pengujian yang dilakukan tanpa memperhatikan struktur internal atau logika kode sumber. Dia hanya melakukan pengujian berdasarkan input dan output yang diharapkan.

  1. White-box Testing

Metode pengujian yang dilakukan dengan memeriksa struktur internal atau code. Penguji memiliki pengetahuan tentang struktur internal aplikasi dan melakukan pengujian dengan mengeksekusi code secara langsung.

  1. Integration Testing

Tes yang dilakukan untuk memastikan bahwa suatu sistem dapat bekerja dengan baik dengan sistem lain.

  1. User Acceptance Testing (UAT)

Acceptance testing adalah jenis pengujian yang dilakukan oleh pengguna akhir untuk memastikan bahwa perangkat lunak memenuhi persyaratan pengguna dan siap untuk digunakan.

  1. Performance Testing

Tes yang dilakukan untuk memastikan bahawa suatu sistem dapat menangani beban yang diharapkan dan mencapai target kinerja yang ditentukan.

  1. Automation Testing

Tes yang melibatkan penggunaan perangkat lunak dan script otomatis untuk menjalankan pengujian secara otomatis. Ini membantu meningkatkan efisiensi pengujian, terutama pada skenario pengujian yang berulang.

  1. Test Scenario

Merupakan deskripsi singkat dan jelas tentang bagaimana suatu fitur atau fungsi dari perangkat lunak akan diuji.

  1. Test Case

Test case adalah dokumen yang merinci langkah-langkah dan data uji yang digunakan untuk menguji suatu fungsi atau fitur dalam perangkat lunak. Setiap test case dirancang untuk menguji satu aspek tertentu dari perangkat lunak.

  1. Defect/Bug

Defect adalah kesalahan atau bug dalam perangkat lunak yang menyebabkan ketidaksesuaian dengan persyaratan atau hasil yang diinginkan. Defect dapat ditemukan selama proses pengujian dan perlu diperbaiki sebelum produk dirilis.

Itulah tadi beberapa istilah populer seputar QA. Memahami beberapa istilah populer tadi membuat kita lebih mudah menjalankan proses dalam QA secara efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan perangkat lunak yang berkualitas. Jadi, mana saja nih istilah yang sudah kamu ketahui?

Membangun kolaborasi efektif antara QA dan Developer

Membangun kolaborasi efektif antara QA dan Developer

Tahukah Kamu, suksesnya pengembangan perangkat lunak itu kuncinya pada tim Quality Assurance dan developer? Kok hanya dua tim itu yang disebut? Begini penjelasannya. 

Developer bertanggung jawab untuk merancang, mengembangkan dan menguji code sistem aplikasi. Sementara tugas tim QA memastikan standar kualitas aplikasi yang sudah dibuat oleh developer.  

Nah, sekarang coba bayangkan jika kedua divisi tadi tak punya hubungan harmonis alias kolaborasinya tidak berjalan efektif! Pengembangan aplikasi pasti akan mengalami kerugian, diantaranya:

Kualitas produk menurun

Tim QA seringkali dianggap lawan karena pekerjaannya yang suka mencari-cari kesalahan developer. Anggapan tadi tentu tidak benar ya. Sesuai job desk, tim QA bertanggung jawab untuk menguji dan memastikan software sudah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan, sebelum diserahkan ke user. Tanpa kolaborasi yang baik, software aplikasi mungkin tidak akan berjalan maksimal. Alhasil, user mengalami kerugian bisnis karena aplikasi yang dikembangkan sering error.

Proses deliver produk tak sesuai timeline

Proses pengembangan dan uji coba aplikasi biasanya berlangsung paralel. QA bisa melakukan pengujian sistem tanpa harus menunggu developer menyelesaikan semua code aplikasinya. Jika developer dan QA tidak bekerja sama, proyek pengembangan aplikasi tidak akan berjalan efektif sesuai timeline yang disepakati. 

Kurangnya transparansi

Tim QA tidak punya visibilitas penuh dalam progress pengembangan. Akibatnya, mereka sering kesulitan untuk merencanakan pengujian. Sehingga, QA akan menanggung kelebihan beban kerja pada tahap akhir proyek dan menyebabkan peningkatan risiko pada kualitas produk.

Ketidakcocokan prioritas

Kerjasama yang kurang baik memicu risiko ketidakcocokan prioritas antara QA dan developers. QA mungkin fokus pada peningkatan kualitas dan stabilitas, sementara developers lebih fokus ke pengiriman fitur-fitur baru. Konflik ini bisa mengganggu keseimbangan kualitas, kecepatan pengiriman, dan produknya bisa jadi tidak memenuhi ekspektasi pelanggan.

Untuk menghindari beberapa kerugian di atas, Kita perlu memberdayakan developer dan QA agar bisa berkolaborasi dengan efektif. Beberapa langkah strategis yang perlu dibiasakan, seperti:  

  • Komunikasi terbuka

Membiasakan komunikasi terbuka bisa dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan reguler, pemakaian tool kolaborasi, dan komunikasi langsung antar anggota tim. Saat pertemuan langsung, developer dan QA bisa menyampaikan update proyek, berbagi pengetahuan, dan membahas masalah yang mungkin dihadapi oleh kedua tim. 

  • Keterlibatan QA sejak awal:

Keterlibatan QA sejak tahap awal pengembangan bisa memberi masukan soal standar kualitas, desain, dan pengujian sebelum kode dikembangkan. Dengan begitu, potensi perubahan besar atau perbaikan bisa teridentifikasi lebih awal, sehingga tidak menghabiskan waktu dan tenaga.

  • Kolaborasi dalam perencanaan:

Merencanakan proyek bisa dikerjakan bersama. QA bisa memberi input pengujian yang diperlukan. Sementara developers akan mengestimasikan waktu dan sumber daya.

  • Retrospektif dan pembelajaran:

Setelah tahap iterasi, biasanya QA dan developer akan melakukan retrospektif. Gunanya, untuk mengevaluasi segala hal seperti pengembangan yang sukses, apa yang perlu diperbaiki, dan bagaimana  keduanya bisa bekerja sama lebih efisien di masa depan. Dengan berpegang pada sikap belajar dan terus meningkatkan proses, tim dapat terus tumbuh dan memberikan hasil yang lebih baik.

  • Budaya Kolaboratif:

Membangun budaya kerja kolaboratif itu penting. Tim QA dan developer harus dihargai dan didorong untuk bekerja sama secara timbal balik. Menghargai kontribusi masing-masing anggota tim dan mengakui kerja keras mereka akan memotivasi mereka untuk bekerja bersama dan mencapai