Pandemi covid-19 menyebabkan kontraksi ekonomi terjadi dimana-mana. Dalam waktu cukup singkat, Kita berhadapan dengan kondisi yang disebut ‘a new normal’. Saat ini semua aktivitas jadi serba digital. Belajar, belanja, interaksi, bahkan bekerja pun dilakukan secara online. Sadarkah Kita bahwa sebelum pandemi terjadi, dunia telah mengalami yang disebut dengan disrupsi teknologi informasi?
Mari sejenak lupakan soal pandemi, lalu Kita coba pandang fenomena ini dari perspektif lain. Disrupsi adalah gangguan yang mengakibatkan industri tidak berjalan seperti biasanya. Ini disebabkan karena hadirnya kompetitor baru yang jauh lebih efisien dan efektif.
Mengutip data dari statista, pada tahun 2017, industri terdampak disrupsi teknologi informasi angkanya tinggi, yaitu sebesar 56%. Jumlah ini hampir mencapai setengah populasi bisnis di dunia. Mayoritas industri terdampak mengalami kebangkrutan. Lalu bagaimana dengan 44% sisanya ? Hal apa yang membuat industri ini selamat ?
Jawabannya adalah digitalisasi bisnis. mengutip dari socialnomics, terdapat 3 manfaat besar mengapa perusahaan harus membangun sebuah platform digital/aplikasi untuk bisnisnya :
1.Mengoptimalkan strategi bisnis
Bisnis dapat berkembang secara eksponensial dengan implementasi teknologi yang tepat. Implementasi platform dapat beragam, mulai dari sistem manajemen pekerjaan secara digital, hingga membuat platform / aplikasi terkait core bisnis perusahaannya.
2.Menciptakan efisiensi
Digitalisasi melalui platform / aplikasi dapat mengurangi cost yang harus dikeluarkan perusahaan secara drastis. Contoh sistem manajemen kepegawaian bisa jadi menghilangkan jutaan rupiah untuk memperkejakan 15 pegawai HR.
3.Menciptakan akurasi
Human error dalam pelaksanaan pekerjaan tidak dapat dihindari, platform digital / aplikasi dapat mengatasi permasalahan ini dengan maksimal.
Dengan melakukan investasi di bidang teknologi informasi, tentunya perusahaan harus mengeluarkan biaya cukup besar. Tapi dalam situasi seperti ini, bukankah jauh lebih baik untuk bisnis anda menyalip di tikungan ?
Perlu diketahui juga bahwa ternyata besarnya investasi IT tidak serta merta berbanding lurus dengan hasil yang diharapkan. Artinya, sebagian perusahaan yang sudah melakukan investasi IT namun tidak mendapatkan hasil atau manfaat bisnis. Laporan dari IT Governance Institute menyebutkan masalah yang dialami oleh perusahaan terkait IT diantaranya biaya investasi tinggi namun ROI rendah, dan tidak adanya keterkaitan antara strategi bisnis dengan IT.
Untuk itu tidak ada salahnya kita perlu mengetahui beberapa hal yang menyebabkan banyak perusahaan gagal dalam investasi IT, seperti dilansir dari laman ivtc.com, yaitu:
1.Kurangnya kepemimpinan di bidang IT
2.Investasi IT tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis
3.Manajemen proyek IT tidak dikelola baik
4.Lemahnya manajemen perubahan
5.Pemahaman investasi IT hanya sebatas pengadaan
Digitalisasi adalah keniscayaan. Alih-alih hanya mengikuti tren, tanpa memberikan manfaat dan value pada bisnis, maka investasi kemungkinan besar mengalami kegagalan. Besaran biaya yang digelontorkan untuk melakukan investasi IT harus dibarengi dengan strategi bisnis dan manajemen yang bagus, agar hasil yang didadapt sesuai dengan tujuan bisnis perusahaan.